Selasa, April 20, 2010

Ngumpulin Duit Dulu Untuk…

Aku ingin nantinya bisa punya: SB-400 lalu juga tripod dan ball-head-nya sekalian. Total sekitar di bawah Rp. 4 juta. Tentu saja speedlight-nya lebih dulu. Aku ingin bisa memakai lampu kilat yang bisa i-TTL alias CLS dan kecil, ringan, murah.

Sepertinya barang yang satu itulah yang masih sesuai dengan kemampuan akuisisiku dalam beberapa bulan ke depan. Yah, biar lebih semangat, mari kita menabung!

Senin, April 19, 2010

Pendapat Pribadi Saja

di komunitas ini kami tidak membicarakan ataupun mempertontonkan kekayaan kami. tidak juga mencela kesenioritas dan kejunioran kami. panggilan om semata hanya etika bersopan santun. tujuan kami hanya bergelak tawa dan berkarya dalam photography. mungkin anda harus pikirkan lagi bung; "cocokkah anda disini..?"

seperti itulah status seorang teman komunitasku di halaman profilnya pada sebuah situs jejaring sosial yang baru saja kulihat beberapa jam yang lalu.

sudah ada banyak yang meresponnya dan kebanyakan menyatakan sependapat dengan beliau.

bagiku hal itu mengena karena seperti itulah yang kurasakan di dalam komunitas yang ini. yang kami cari adalah kesenangan dan tawa, bukan membandingkan siapa punya lensa terbesar dan terpanjang yang bagaikan membanding-bandingkan siapa yang memiliki phallus yang paling besar. mungkin itulah yang juga menyebabkan ada banyak komunitas yang pernah kucoba masuki tapi merasa tak begitu nyaman di dalamnya. bukan bermaksud menjelek-jelekkan komunitas lainnya tetapi apa gunanya ikut dalam kelompok yang esensinya hanya membandingkan siapa yang memiliki materi lebih banyak. persaingan seperti itu tak ada habisnya dan hanya membikin lelah hati dan pikiran memikirkan cara menyaingi teman sekomunitas yang muncul dengan gear/gadget yang lebih mutakhir…

tetapi terserahlah, toh ada orang-orang yang mau bersaing dalam hal seperti itu dalam teman sekomunitasnya. tujuan hidup orang kan berbeda-beda. tak sama pula cara mencapai kepuasan tiap orang.

kalau ditanya kenapa aku kangen kumpul dalam komunitas ini walaupun sepertinya kemampuan fotografiku begitu-begitu saja? ya itu, kami tak bersaing peralatan, hanya bersaing dan berbagi ilmu sambil tertawa tanpa perlu membedakan orang yang memakai kamera seratus juta atau lima jutaan.

kapan bisa motret lagi ya? :(

Jumat, April 16, 2010

Sibuk. Sibuk. Sibuk.

Memang bisa dibilang aku ini ungrateful. Setahun lalu saat banyak waktu kosong karena bisa dibilang tidak ada proyek yang berjalan secara kontinu, aku merasa suntuk dan malas. Semi-pengangguran itu membosankan dan membuat stres.

Tetapi pada saat ini, saat aku sibuk dan lebih banyak waktu habis di jalan dan di dalam mobil, lagi-lagi merasa suntuk dan malas. Semuanya karena beban kerja tinggi.

Aneh juga ya?

Saat menganggur, bosan dan menggerutu.

Saat load kerja tinggi, suntuk dan menggerutu.

Jadi bisa dibilang, apapun kondisi dan keadaannya, aku akan selalu menggerutu. Itulah aku.

Jadi sepertinya sekarang aku kan kembali ke pekerjaan yang menuntut perhatian penuh. I’m gonna hit the road again in a few minutes.

Rabu, April 07, 2010

Pemadam Kebakaran Beraksi Lagi

Kali ini aku dibuat terpaksa tertawa getir dan tersenyum pahit di hadapan atasanku sendiri. Kupikir penjelasanku beberapa hari yang lalu didengar dan diperhatikan. Tetapi ternyata (mungkin) seperti atasan lainnya, mereka tidak mau mendengar kata “Tidak bisa,” atau “Tetapi Pak…” atau alasan penghindaran lainnya. Bagi mereka cuma ada satu frase yang berlaku:

HARUS BISA.

Menyebalkan dan mengesalkan tetapi semuanya harus disimpan dalam hati. Maksudku, saat kita berhadapan dengan massa penduduk lokal yang cuma menginginkan uang dan lebih banyak uang, lalu kita diharuskan oleh atasan kita yang berada di tempat nyaman di dalam ruangan berpendingin udara untuk menghadapi semua orang itu, menurutmu siapa yang akan kita ikuti tuntutannya?

Massa yang marah atau atasan yang marah?

Melawan massa di lapangan beresiko babak belur (contoh ekstrem dan hiperbolis). Melawan atasan di kantor beresiko dipecat (sekali lagi contoh ekstrem dan hiperbolis). Keduanya harus dihadapi, tuntutan mereka harus dicarikan titik temunya, ketiga pihak yang terlibat harus sama-sama puas. Oh, koreksi. Massa dan atasanlah yang berhak untuk puas sementara orang-orang seperti kami inilah yang babak belur “memuaskan” keinginan mereka.

Walaupun sudah kujelaskan problemanya tetapi tetap saja diabaikan dan diminta HARUS BISA mengatasi masalah itu tanpa mengeluarkan biaya yang terlalu besar dan tidak boleh sampai mengganggu jalannya proyek. Mengagumkan sekali tingkat kreativitas yang dituntut dari kami ini, dalam hal pemecahan masalah dan pengiritan biaya operasional.

Aku merasa aku akan mengerjakan sekedarnya saja. Berusaha terlalu keras sampai sakit tidak menimbulkan simpati atau rasa iba. Tentu saja aku tak mengharapkan simpati seperti itu. Aku tak sebodoh maupun senaif itu.

Kami diminta memadamkan api dan mencegah kemungkinan kebakaran di lapangan juga meminimalisir potensi anasir oknum provokator pengganggu jalannya proyek di lapangan hanya dengan bermodalkan sedotan untuk mengangkut air dari sumbernya (tak usah ditanya, itu contoh ekstrem dan hiperbolis).

Aku mau marah tetapi tak tahu mesti marah kepada siapa kecuali kepada diri sendiri.