Selasa, Desember 25, 2012

Selamat... Apa?

Seharusnya pagi ini kita bisa mengucapkan selamat dalam rangka perayaan suatu hari penting dalam kalender kepercayaan tertentu.

Tapi sebenarnya apa yang mau diselamatkan?

Selamat bahwa kita masih hidup dalam negara ini?

Selamat bahwa kita masih bisa beribadah, entah dengan sesama warga negara lain yang terhalang haknya?

Selamat karena kita berkali-kali lupa untuk mengingat bahwa ada banyak sekali hal yang harus diperbaiki dalam hidup bernegara?

Selamat bahwa hari ini masih bisa makan tiga kali sehari?

Apa bedanya hari ini dengan hari kemarin atau hari yang akan datang?

Apa bedanya sekedar hidup saja sudah syukur, dengan orang yang menurut kita jauh lebih berharta daripada kita tetapi yang masih merasa hidup sekadarnya?

Selamat. Iya. Tapi, sebenarnya mau selamat apa?

Jumat, Desember 14, 2012

Making Predictions, Even When Wrong, Is Better Than Not Making Any.

"Start making predictions in writing. You don't have to share them in public, but the habit will push you to understand your instincts and to sharpen your ability to see what works (and what doesn't) without the easy out of having to explain what already happened." - Seth Godin, Are You A Scientist?

Making the right predictions are really hard but not impossible to do. All you have to do is to do it often

Even better than to just making predictions about who'll be the winner is to do as many projects as you can.

Membangun Kerjasama Tim

Aku benar-benar ingin tahu bagaimana caranya seorang pemimpin yang baik bisa membangun kerjasama tim yang mengagumkan. Apakah itu terkait dengan kemampuan tiap individu yang menjadi elemen dari tim tersebut? Maksudku, bagaimana mungkin orang-orang yang sangat egois dan hanya mengutamakan diri sendiri bisa melepaskan kebiasaan yang sudah mendarah daging dan kemudian membentuk tim dengan kerjasama yang baik?

Tim yang baik terdiri dari orang-orang yang memang ingin dan bisa bekerjasama, bukan?

Menunggu Orang Lain!

Saat seperti ini memang menyebalkan dan sangat menjengkelkan karena aku harus menunggu orang lain yang jelas-jelas tidak bersedia bekerja.

Ketika diminta datang, tak datang-datang juga.

Ketika akhirnya datang, tak membawa persiapan seperti yang diminta.

Kenapa sampai tidak menjadi kesal dan jengkel?

Bahasa seperti apa yang harus digunakan untuk menyampaikan maksud kepada orang-orang ini?

Apa harus memanggil orang tua dengan sebutan yang terkesan merendahkan? Atau harus menjadi orang yang "pengertian" atas kondisi "kekurangan" mereka?

Tak mungkin aku yang harus mengerti karena mereka menerima pembayaran untuk menyelesaikan tugas tersebut. Atau harus aku yang mengerjakannya? Hanya demi atasanku mendapatkan peningkatan angka yang bisa digunakan untuk menyenangkan atasan?

Atau aku harusnya melihat dari perspektif bahwa atasan tidak peduli detail dan hanya ingin hasil? Selesai sekian banyak dokumen, tercapai sekian banyak target, dan semua atasan senang? Pekerjaan yang menjengkelkan dengan posisi yang tidak menyenangkan. Tapi sepertinya semua harus ditelan. Demi gaji tiap bulan.