“God must’ve loved me so much, He joked a lot with me. Every time I tell stories of my mishap and misfortunes, people laughed.”
Rabu, Juli 21, 2010
"..."
Senin, Juli 19, 2010
Pengorganisasian, Mutlak Perlu
Jumat, Juli 16, 2010
Dianggap Apa Ya?
Lalu atasanku menyuruhku berangkat ke Magelang dan Klaten, bersama seorang lagi dari kantor. Kutolak, dengan pertanyaaN, "Lalu siapa yang mengurus kerjaanku di sini?"
"Aku saja'" kata atasanku.
Aku tak menjawab dengan kata-kata. Hanya mengangkat alis dengan ekspresi yang mungkin diartikan orang lain kesal atau marah. Sebenarnya saat itu aku lebih ke tak mempercayai kata-kata atasanku sendiri dibandingkan kesal. Ya, memang ada kesal juga.
Atasanku, melihatku, lalu malah pergi dari group discussion ini.
Aku tak tahu apakah itu baik atau buruk.
Yang aku tahu, akan sangat buruk bagiku menyerahkan pekerjaanku kepadanya. Dokumen penting mungkin akan hilang atau tidak terurus. Beberapa hal penting atau remeh mungkin terabaikan.
Lalu pada saat aku balik dari Jawa Tengah, harus kubereskan semuanya sendiri, karena tak seorang pun yang akan melakukannya. Tak seorang pun mau, kecuali terpaksa, kemudian itu pun akan sambil asal-asalan.
Bagaimana mungkin aku mempercayai pekerjaanku dikerjakan orang yang sering menghilangkan dokumen penting atau diperlukan? Yang sampai menyebabkan beberapa kali kesulitan?
Itulah yang hendak kuucapkan pada saat itu, tetapi batal. Ada sebuah berkas dokumen PO untuk proyek di Tasikmalaya, yang pada beberapa hari yang lalu ditanyakan kepadaku tentang keberadaannya. Yang menanyakan adalah karyawan perusahaan yang mengeluarkan PO tersebut. Seharusnya sudah dikembalikan kepadanya beberapa minggu yang lalu. Aku tidak tahu dokumen itu ada di mana. Maka kutanyakan ke atasanku.
Jawabannya adalah dia sudah mengembalikan PO tersebut ke kantor mitra kami. Ketika kutanyakan kepada siapa dia memberikan, hanya dijawab, "Pokoknya sudah dikembalikan." Ketika kucoba mencari tanda terima penyerahan dokumen, sampai saat aku menuliskan ini, belum kutemukan.
Lalu omongan siapa yang harus kupercaya? Tidak ada.
Tapi aku meragukan atasanku sendiri.
Itulah sebabnya, bila hal sepenting PO saja bisa misplaced, apalagi selembar dokumen yang hanya pelengkap binder project.
Lalu apa yang bisa aku lakukan sekarang?
:(
Kamis, Juli 15, 2010
Lelah Tidak Sama Dengan Gampang Istirahat
"Kerja Yang Benar Itu Seperti Apa Sih?"
Ya okay, mungkin terdengar hiperbolis.
Tetapi saat aku mencoba memotivasi diri sendiri agar bekerja dengan sebaik-baiknya seorang karyawan, aku terbentur pada ketidakjelasan standar minimum dan optimal performa karyawan. Bahkan penilaian kinerja yang aku lakukan, teliti pada detail, disiplin waktu, jujur dan bertanggung jawab, tak jelas adanya. Serba samar.
Sekarang seharusnya kau tak lagi heran mengapa aku sampai bertanya-tanya, bukan? Saat aku ingin memberikan performa yang baik, aku tak tahu di mana "buruk" berhenti dan di mana "baik" dimulai! Lalu bagaimana bekerja, kalau kita punya target memajukan dan memperbaiki perusahaan secara keseluruhan?
Selasa, Juli 13, 2010
meminjam sinar matahari
apapun itu yang kau makan, tanpa sinar matahari, tak kan bisa sampai ke meja makanmu.
jangan jadi bodoh, tentu saja bukan sinar matahari yang mengantarkan makananmu, melainkan dirimu sendiri atau dengan bantuan orang lain. yang aku maksud adalah bahwa makananmu itu adalah bentuk energi lain yang telah mengalami perubahan bentuk sehingga sumber awalnya dari sinar matahari tak dikenal lagi.
kalau kau makan sayuran hijau, berterimakasihlah kepada sinar matahri yang memungkinkan proses fotosintesis.
kalau kau makan hewan pemamah biak, berterimakasihlah pada sinar matahari yang memungkinkan hewan itu mendapatkan makanannya.
kalau kau makan biji-bijian, tentu saja ada peran sinar matahari yang memungkinkan tanaman tersebut tumnuh dan berkembang.
bahkan, di negara tropis di daerah khatulistiwa, pakaian yang kau kenakan di tubuhmu itu hampir pasti dikeringkan (setelah dicuci) oleh sinar matahari.
bahkan malam seperti saat ini, bila tiba-tiba PLN memutuskan aliran listrik yang mendayai lampu-lampu ruangan, sehingga satu-satunya sumber penerangan hanyalah cahaya bulan, berterimakasihlah karena bulan juga meminjam sinar matahari untuk menerangi malam.
Senin, Juli 12, 2010
Telepon Yang Tak Kujawab
Dalam sepuluh menit ini ada dua kali telepon masuk dari seorang mitra kerja di perusahaan lain yang tentunya hendak menanyakan progres pekerjaan akuisisi lahan di Jawa Tengah. Sebagai seorang manajer area di sana, wajar dong beliau menelepon menanyakan progres?
Yang tak wajar adalah aku tak berani menjawab telepon itu karena AKU TAK PUNYA LAPORAN PROGRES. Tentu saja tak ada kemajuan pekerjaan karena TAK ADA SEORANG PUN yang mengerjakannya di lapangan! Kenapa tidak ada? Ya karena kami tak ada orang untuk mengerjakannya!
Aku tak tahu mau jawab apa maka tidak kujawab telepon itu. Buat apa? Biar sajalah aku dianggap tak becus bekerja karena sebenarnya yang membuatku dalam keadaan terjepit ini adalah atasanku sendiri. Kami tak memiliki tenaga pekerja yang cukup tetapi tentu saja atasanku tetap mengambil proyek dengan bertaruh bahwa everything will be allright.
Yeah, right. It will be allright but not before I get burned.
Apakah Aku Sendirian Yang Merasa Khawatir?
Itulah perasaan yang mengganggu pikiranku akhir-akhir ini. Apakah hanya aku sendirian yang merasa khawatir dengan bagaimana proyek-proyek kami berjalan? Apakah aku sendirian yang memikirkan kecepatan sebuah rangkaian pekerjaan dilaksanakan dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya? Apakah aku sendirian yang mencoba memikirkan cara mengefisienkan waktu dan mempercepat suatu pekerjaan diselesaikan? Apakah aku sendirian yang khawatir apakah pekerjaan kami comply dengan standar yang ditetapkan oleh operator?
Apakah aku terlalu melebih-lebihkan?
Listrik adalah hal yang urgen, genting, penting, tak bisa diabaikan dalam lingkup pekerjaan dan proyek kami ini. Tetapi lihatlah, sejak tanggal 18 Juni 2010 sampai sekarang, sepertinya hal ini tak dianggap penting atau tak terlalu dipermasalahkan.
Aku sudah mencoba mengingatkan – biarpun memang kurang ngotot – tetapi hasilnya tidaklah optimal. Pada meeting minggu lalu aku sudah diperingatkan soal sambungan daya listrik PLN ini dan saat itu aku diingatkan kalau pada awal proyek sudah mengatakan kalau statusnya adalah “listrik normal” alias tidak ada perlu penambahan trafo. Sekarang ada dua penawaran dari dua kontraktor yang berbeda di mana satu meminta pasang trafo dan satunya lagi tidak menyebutkan pemasangan trafo. Agak aneh dan meragukan. Tentu saja kantor akan memilih kontraktor yang tidak mengajukan penambahan trafo baru.
Perlu kujelaskan adalah bahwa kontraktor yang awalnya ditunjuk kantor dari setelah tanggal 18 Juni itu baru menghubungiku pada tanggal 5 Juli untuk menanyakan alamat lokasi dan tagihan listrik terdekat. Ke mana saja dia selama setidaknya seminggu tak ada mengurus apapun? Lalu kuajukan daftar AKLI daerah tersebut untuk dipilih bagian logistik/purchasing sehingga didapatlah nama dua kontraktor tersebut di atas.
Hanya saja yang membuat aku khawatir adalah sampai hari Senin, 12 Juli 2010, belum ada orang yang berwenang mengambil keputusan, masuk kantor dan mulai mengurus hal ini.
Proyek ini berpotensi lambat serah terima seperti dua lokasi sebelumnya karena masalah listrik dan sepertinya tak ada juga pelajaran yang dipetik dari kasus pencurian kemarin – dimana kami harus mengganti sendiri kerugian karena instalasi listrik yang belum dilakukan – sehingga belum bisa diajukan untuk uji serah terima. Bayangkan, sudah lebih dari dua bulan sejak lokasi site selesai dikerjakan minus sambungan listrik dan sampai sekarang belum juga serah terima.
Kalau kita kurang antisipasi masalah sambungan daya listrik PLN maka hal yang sama mungkin saja terjadi lagi. Tetapi seperti yang kukatakan di atas, sepertinya hanya aku sendirilah yang khawatir.
Rabu, Juli 07, 2010
Lagi-Lagi Dibuat Kesal
Entah kenapa aku menjadi sangat sensitif kali ini. Tetapi apa ada alasan untuk tidak menjadi upset? Coba bayangkan, aku meminta seorang admin untuk memfotokopi setumpuk perda tentang perijinan tower dan apa yang dia lakukan?
Tentu saja memfotokopi tumpukan berkas itu. What else do you think that person do?
Tetapi apa yang membuat aku kesal? Tentu saja hasilnya. Dia pergi memfotokopi keluar kantor di sebuah tempat khusu fotokopi dan penjualan ATK, lalu keesokan harinya melaporkan sambil menyerahkan tumpukan dokumen yang telah difotokopi – TANPA MEMERIKSA HASILNYA SAMA SEKALI. Jadi yang kudapat adalah setumpuk berkas peraturan daerah dengan beberapa lembar hilang karena tukang fotokopinya nge-skip beberapa halaman.
Seharusnya yang kulakukan adalah meminta dia memperbaiki hasil pekerjaannya itu tetapi tidak, dengan bodohnya aku melakukan sendiri kegiatan pengecekan dan kemudian semua halaman yang kurang itu aku urus sendiri fotokopiannya. Aku tahu seharusnya aku meminta orang yang salah untuk memperbaiki kesalahannya agar orang tersebut belajar. Tetapi untuk pekerjaan sesederhana memfotokopi dan mengecek hasilnya saja masih tak bisa dipercaya, apakah tindakan terbaik yang bisa aku lakukan?