“God must’ve loved me so much, He joked a lot with me. Every time I tell stories of my mishap and misfortunes, people laughed.”
Jumat, Desember 17, 2010
It Is Not You...
Confusing yet useful at times. Remembered what the Flynn guy said to his son about messing his Zen.
The movie had funny moments which no one laughed about, except me, which made me feel weird.
Bah, I should end this here.
Selasa, Desember 14, 2010
Christmas Present
She's planning on giving me Christmas present which saddens me because I don't know what to give her.
Brrrrr....
When the Khilafah is established and the Islamic State governed by Sharia returns, the victims of Democracy in this article will be able to worship in peace.
That quote, written by a commentator of this article, making me shudder with a sense of fear.
Jumat, Desember 10, 2010
No Progress
I know why there seems to be no progress at my work. I got works and tasks and more of them added each day!
Selasa, Desember 07, 2010
Pengen Banget Motret
Yeah, hari ini pengen banget motret berhubung hari libur karena Tahun Baru Hijrah. Sialnya tetap saja harus mengurus pekerjaan dan tentu saja saat ini aku sedang di kantor.
Demi pekerjaan yang tiada habisnya dan scope of work yang tak benar-benar jelas pembagiannya, aku tetap mencoba bertahan. Yeah, aku sedang harus mengerjakan pekerjaan yang tak aku suka tetapi aku begitu bodohnya sampai tak tahu cara melepaskan diri dari ini.
Rasanya ingin sekali menendang pantat sendiri agar lebih termotivasi. Ha ha.
Lalu mengingat hubungan personalku yang saat ini terasa tak mampu membuat semangat? Heh, entahlah. Work sucks. Personal life juga tak menyenangkan. Rasanya saat ini aku sedang ada di dalam penjara. Rasanya ingin lari, membebaskan diri, pergi entah ke mana tak peduli dengan ini semua.
Hah, aku yang sengsara.
Selasa, November 23, 2010
Diatur
Aku tak suka tapi memang tak kukatakan.
Aku memang diam tapi aku merasa terganggu dan ini tak menyenangkan sama sekali.
Rabu, November 17, 2010
Damba Tidur
Sekarang pun aku masih tak tahu hendak menuliskan apa kecuali betapa aku sangat merindukan tidur yang nyenyak tanpa gangguan dan bangun dengan perasaan kebutuhan istirahat telah terpenuhi.
Sayangnya hal itu masih menjadi kemewahan bagiku. Istirahat berkualitas dalam bentuk tidur yang nyenyak.
Jumat, November 05, 2010
Afraid And Delay
I am afraid and that made me unable to concentrate. Thus I procrastinate and that created all the delay. Now I'm way passed the deadline. How can I help myself now? *sad face*
Rabu, November 03, 2010
Joyless Times (Part 5 of Many)
Too bad I just can't find joy in doing my tasks anymore. Tasks that demanding me to sit behind a desk and type all day, making calls and appointment, checking the documents, etc.
But that's what makes me feel inadequate and having all these signs of various diseases.
I just wish that I be more joyful instead.
Senin, Oktober 25, 2010
My Brain Stops Working
Jumat, Oktober 22, 2010
Senin, Oktober 18, 2010
Maybe I'm Being Ungrateful (Joyless Times Part 3 of Many)
The way you could see it is that I am being selfish and ungrateful.
When I have a friend to whom I can confide my personal problems, how could I called other people -- the lonelier ones -- as more fortunate than myself?
Joyless Times (Part 1 of Many)
Sabtu, Oktober 16, 2010
Kamis, Oktober 14, 2010
Worried Sick
Is there nothing that I can do?
C'mon, I am not that stupid as to give up without trying to do anything..?
I will do something about this, because I (see below)
Senin, September 27, 2010
Belajar Mengajar Menghajar?
Bayangkan betapa jengkelnya hari ini harus menunggu seorang admin untuk melakukan tugasnya, mengisi form template lima kali dengan hanya empat baris data yang berbeda di tiap lembarnya, tetapi si bedul itu membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam untuk menyelesaikannya?!?!
Sialan!
Cuma mengisi empat baris data plus mencetak dokumen saja, butuh waktu 18 menit per lembarnya?
Clenched Fist |
Dan tiap kali mengingat atasanku ingin aku mengajarkan -- istilahnya: mentransfer ilmu -- kepada manusia satu itu, bagaimana mungkin aku mempertahankan tingkat kewarasanku sampai masa asimilasi ini selesai? Bayangkan saja, masa harus aku yang "downgrading" kecepatanku dalam bekerja, sampai ke tingkat manusia itu? Bukankah ketika mulai bekerja seharusnya dia yang menyesuaikan diri dengan lingkungan yang dimasuki?
Kenapa tega sekali atasanku melimpahkan hal seperti ini kepadaku?
Menyedihkan sekali keadaan ini!
Rabu, September 15, 2010
menentukan prioritas
menggunakan daftar prioritas yang tersusun berdasarkan skala kepentingan itulah lalu aku dapat menyusun suatu jadwal aksi dan menetapkan target pencapaian!
tanpa prioritas yang dituju, mustahil bisa menetapkan target yang hendak dicapai. ketiadaan target menyebabkan tak mungkin merancang taktik dan strategi pencapaian. dan tanpa target, tak bisa pula melakukan evaluasi dan apresiasi yang memadai, wajar, dan berimbang.
jadi, kapan aku akan memulai?
Selasa, September 07, 2010
i'll wait for your return
baby, i'll wait patiently
keeping my hope alive just
so that i can meet you, see you, touch you
then i'll take you to our secret little place
where i'll have my revenge on you
Rabu, September 01, 2010
Baiklah
Betapa menyenangkannya, ketika aku diberi tugas dan tanggung jawab yang tak lengkap dan saat meminta kejelasan, yang kudapatkan malah wejangan yang berubah jadi perdebatan.
Ketika aku memprotes bahwa persoalan yang sama terjadi dan terjadi lagi, bahwa petugas lapangan mengabaikan dan cenderung tidak peduli, karena tak ada evaluasi dari kantor, malah dikembalikan ke aku sebagai pihak yang bersalah tak melakukan evaluasi pekerjaan.
Uh, you are the boss. Kenapa aku yang evaluasi? Memangnya apa yang kau lakukan di dalam ruanganmu memanggil orang-orang yang baru balik dari proyek? Menghisap pipa perdamaian?
Lagipula kenapa aku yang harus mengevaluasi pekerjaan bila saat pekerjaan berlangsung, berkali-kali aku "dipotong" dari hierarki pengambilan keputusan? Lalu berkali-kali pula pemberitahuan dan pengaturanku di-counter tanpa melalui pemberitahuan sebelumnya dan tak pernah aku diberitahu sampai ketika aku menanyakan hal tersebut kepada orang di lapangan? Lupa ya?
Sampai sekarangpun masih terjadi bahwa keputusan dan informasi yang di-bypass tak melibatkan aku. Berkali-kali pula saat aku mengatakan "A", diubah menjadi "B" tapi bukan aku yang diberi tugas memperbaikinya. Harus dirimu sendiri yang menyampaikannya.
Intinya: if you're continually undermine me and my position which you entitled to me, how could you blame me for not having adequate kewibawaan?
Bukankah kamu sendiri yang mensabotasenya? Kamu itu tak adil dan kamu tak sadar kamu tak adil atau kamu tak peduli bahwa kamu itu tak adil. Bila kamu tak memberikan penghargaan yang wajar di depan anak buah sesuai pangkat yang kau berikan padaku, berkali-kali pula, menurutmu anak buah itu akan menghargaiku atau tidak?
Selasa, Agustus 31, 2010
Sekali Lagi Makan Hati
Memang terasa bahwa kelemahan kami adalah soal prosedur yang tak dibakukan dalam bentuk tertulis yang kemudian diberitahukan ke semua bagian-bagian di kantor. Selama ini prosedur hanya diberitahukan secara lisan. Tetapi ingat bahwa prosedur yang harus ditaati juga tidak berbelit-belit ataupun mempersulit.
Hanya saja kebanyakan orang cenderung mengabaikan dan menganggap enteng dan tak disiplin. Menyenangkan sekali bekerja seperti ini. Orang bisa bekerja dengan sekedarnya lalu mengabaikan saja hal-hal yang dianggap bukan bagian dari tanggung jawabnya.
Salah satu hal yang menjadi kelemahan dari kegiatan pekerjaan seperti ini adalah bahwa tidak adanya evaluasi terhadap kinerja. Kelemahan berikutnya terkait ketiadaan evaluasi ini adalah tak ada sistem reward and punishment yang jelas. Orang bisa abai pada pekerjaan, bisa bekerja setengah hati, asal-asalan, dan tetap saja didiamkan.
Aku pernah mencoba melakukan evaluasi tetapi tentu saja tanpa ada dukungan dari atasan terhadap usaha "perbaikan" yang aku lakukan, semuanya jadi mentah lagi.
Menyenangkan. Sekali. Bekerja. Seperti. Ini.
Senin, Agustus 30, 2010
Blaming It On Someone Else
Anything and everything but oneself.
Well, many people did it and will still do so in the future.
I guess that's what will happened tomorrow in the meeting. I just wish I'm not going to be send there as the representative of our company.
Sabtu, Agustus 28, 2010
What's Not To Like From "Slave Girls from Beyond Infinity"?
Robot penjaga (lengkap dengan suara robot dan balas-membalas ejekan yang terdengar lucu diucapkan oleh bukan-manusia.
Kemudian ada monster cyborg yang terlihat keji sekaligus menakutkan, menangkap seorang wanita yang berpakaian minim, entah untuk tujuan apa.
Dan hal nomor dua terbaik adalah perempuan berpakaian minim (ingat, mereka adalah slave girls) membawa BFG...!
Hal terbaik adalah selain itu masih ada scene zombie yang sayangnya lupa ku-capture sebelum aku kehilangan film ini.
Senin, Agustus 23, 2010
joyless times
it saddens me that i hurt you no matter what i do.
sad and depressed.
even worse, my daily life sucks because i work on a place where i felt stuck.
you know why i don't change work?
because a change of work will take me farther away from you.
because i am competent at nothing and you know it as well as i do.
Sabtu, Agustus 14, 2010
Nice Doggies...
Darn it. I want to make photos like this. The concept is cool. The models are great. Especially the doggies...
(Will Ferrel shot by Dan Winters for Wired Magazine)
Selasa, Agustus 10, 2010
Jengkel dan Geram
Apa sih yang sebenarnya diminta?
Mengesalkan sekali. Sampai hari ini sekali lagi aku dibuat bingung sebenarnya project mana yang seharusnya aku handle dan yang mana yang sifatnya diperbantukan dan sejauh mana keterlibatanku.
Membuat geram sampai gigi geligiku beradu dan aku cuma bisa memaki dalam hati.
Sudah tidak tahu mau bilang apalagi kalau begini. Berkali-kali membuat keputusan yang tak diberitahukan ke aku. Berkali-kali pula mendapatkan informasi yang entah bagaimana tak diteruskan ke aku. Lalu saat aku dengan informasi yang kupunya harus menjawab pertanyaan orang lain, berkali-kali aku terdengar dan terlihat bodoh karena tidak memiliki informasi terbaru yang ENTAH BAGAIMANA SEAKAN TERLUPA UNTUK DIBERITAHUKAN KEPADAKU padahal orang itu tahu kalau AKU JUGA BUTUH INFORMASI ITU.
Effin' teamwork.
Rabu, Agustus 04, 2010
wondering
not that i am against going along but i know when i have time to spare and when i do not have any. like this time when i am overwhelmed by tasks yet i have to go too and this annoyed me much.
i mean VERY MUCH annoyed!
Minggu, Agustus 01, 2010
Frustratingly Indonesia
We came from various background, diverse ethnicity, religions, and language. When some people were being supressed for building their own place of worship, attacked everytime practicing their religion, what does that leave all of us?
When even the police have gotten to the point of tired to provide security for the people doing prayers and worship, what does that make them?
Where's the government? The Constitution, OUR Indonesian Constitution guaranteed our freedom to practice what our religion teaches us. But what then when about some people who view our religion as evil and do whatever it takes to squash it? How do we prevail?
How do we prevail as a nation? How do we held on to Bhinneka Tunggal Ika?
Oh how I despise the local governments for intentionally breaking the Constitution and the Ministry for turning its head the other way.
Rabu, Juli 21, 2010
"..."
Senin, Juli 19, 2010
Pengorganisasian, Mutlak Perlu
Jumat, Juli 16, 2010
Dianggap Apa Ya?
Lalu atasanku menyuruhku berangkat ke Magelang dan Klaten, bersama seorang lagi dari kantor. Kutolak, dengan pertanyaaN, "Lalu siapa yang mengurus kerjaanku di sini?"
"Aku saja'" kata atasanku.
Aku tak menjawab dengan kata-kata. Hanya mengangkat alis dengan ekspresi yang mungkin diartikan orang lain kesal atau marah. Sebenarnya saat itu aku lebih ke tak mempercayai kata-kata atasanku sendiri dibandingkan kesal. Ya, memang ada kesal juga.
Atasanku, melihatku, lalu malah pergi dari group discussion ini.
Aku tak tahu apakah itu baik atau buruk.
Yang aku tahu, akan sangat buruk bagiku menyerahkan pekerjaanku kepadanya. Dokumen penting mungkin akan hilang atau tidak terurus. Beberapa hal penting atau remeh mungkin terabaikan.
Lalu pada saat aku balik dari Jawa Tengah, harus kubereskan semuanya sendiri, karena tak seorang pun yang akan melakukannya. Tak seorang pun mau, kecuali terpaksa, kemudian itu pun akan sambil asal-asalan.
Bagaimana mungkin aku mempercayai pekerjaanku dikerjakan orang yang sering menghilangkan dokumen penting atau diperlukan? Yang sampai menyebabkan beberapa kali kesulitan?
Itulah yang hendak kuucapkan pada saat itu, tetapi batal. Ada sebuah berkas dokumen PO untuk proyek di Tasikmalaya, yang pada beberapa hari yang lalu ditanyakan kepadaku tentang keberadaannya. Yang menanyakan adalah karyawan perusahaan yang mengeluarkan PO tersebut. Seharusnya sudah dikembalikan kepadanya beberapa minggu yang lalu. Aku tidak tahu dokumen itu ada di mana. Maka kutanyakan ke atasanku.
Jawabannya adalah dia sudah mengembalikan PO tersebut ke kantor mitra kami. Ketika kutanyakan kepada siapa dia memberikan, hanya dijawab, "Pokoknya sudah dikembalikan." Ketika kucoba mencari tanda terima penyerahan dokumen, sampai saat aku menuliskan ini, belum kutemukan.
Lalu omongan siapa yang harus kupercaya? Tidak ada.
Tapi aku meragukan atasanku sendiri.
Itulah sebabnya, bila hal sepenting PO saja bisa misplaced, apalagi selembar dokumen yang hanya pelengkap binder project.
Lalu apa yang bisa aku lakukan sekarang?
:(
Kamis, Juli 15, 2010
Lelah Tidak Sama Dengan Gampang Istirahat
"Kerja Yang Benar Itu Seperti Apa Sih?"
Ya okay, mungkin terdengar hiperbolis.
Tetapi saat aku mencoba memotivasi diri sendiri agar bekerja dengan sebaik-baiknya seorang karyawan, aku terbentur pada ketidakjelasan standar minimum dan optimal performa karyawan. Bahkan penilaian kinerja yang aku lakukan, teliti pada detail, disiplin waktu, jujur dan bertanggung jawab, tak jelas adanya. Serba samar.
Sekarang seharusnya kau tak lagi heran mengapa aku sampai bertanya-tanya, bukan? Saat aku ingin memberikan performa yang baik, aku tak tahu di mana "buruk" berhenti dan di mana "baik" dimulai! Lalu bagaimana bekerja, kalau kita punya target memajukan dan memperbaiki perusahaan secara keseluruhan?
Selasa, Juli 13, 2010
meminjam sinar matahari
apapun itu yang kau makan, tanpa sinar matahari, tak kan bisa sampai ke meja makanmu.
jangan jadi bodoh, tentu saja bukan sinar matahari yang mengantarkan makananmu, melainkan dirimu sendiri atau dengan bantuan orang lain. yang aku maksud adalah bahwa makananmu itu adalah bentuk energi lain yang telah mengalami perubahan bentuk sehingga sumber awalnya dari sinar matahari tak dikenal lagi.
kalau kau makan sayuran hijau, berterimakasihlah kepada sinar matahri yang memungkinkan proses fotosintesis.
kalau kau makan hewan pemamah biak, berterimakasihlah pada sinar matahari yang memungkinkan hewan itu mendapatkan makanannya.
kalau kau makan biji-bijian, tentu saja ada peran sinar matahari yang memungkinkan tanaman tersebut tumnuh dan berkembang.
bahkan, di negara tropis di daerah khatulistiwa, pakaian yang kau kenakan di tubuhmu itu hampir pasti dikeringkan (setelah dicuci) oleh sinar matahari.
bahkan malam seperti saat ini, bila tiba-tiba PLN memutuskan aliran listrik yang mendayai lampu-lampu ruangan, sehingga satu-satunya sumber penerangan hanyalah cahaya bulan, berterimakasihlah karena bulan juga meminjam sinar matahari untuk menerangi malam.
Senin, Juli 12, 2010
Telepon Yang Tak Kujawab
Dalam sepuluh menit ini ada dua kali telepon masuk dari seorang mitra kerja di perusahaan lain yang tentunya hendak menanyakan progres pekerjaan akuisisi lahan di Jawa Tengah. Sebagai seorang manajer area di sana, wajar dong beliau menelepon menanyakan progres?
Yang tak wajar adalah aku tak berani menjawab telepon itu karena AKU TAK PUNYA LAPORAN PROGRES. Tentu saja tak ada kemajuan pekerjaan karena TAK ADA SEORANG PUN yang mengerjakannya di lapangan! Kenapa tidak ada? Ya karena kami tak ada orang untuk mengerjakannya!
Aku tak tahu mau jawab apa maka tidak kujawab telepon itu. Buat apa? Biar sajalah aku dianggap tak becus bekerja karena sebenarnya yang membuatku dalam keadaan terjepit ini adalah atasanku sendiri. Kami tak memiliki tenaga pekerja yang cukup tetapi tentu saja atasanku tetap mengambil proyek dengan bertaruh bahwa everything will be allright.
Yeah, right. It will be allright but not before I get burned.
Apakah Aku Sendirian Yang Merasa Khawatir?
Itulah perasaan yang mengganggu pikiranku akhir-akhir ini. Apakah hanya aku sendirian yang merasa khawatir dengan bagaimana proyek-proyek kami berjalan? Apakah aku sendirian yang memikirkan kecepatan sebuah rangkaian pekerjaan dilaksanakan dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya? Apakah aku sendirian yang mencoba memikirkan cara mengefisienkan waktu dan mempercepat suatu pekerjaan diselesaikan? Apakah aku sendirian yang khawatir apakah pekerjaan kami comply dengan standar yang ditetapkan oleh operator?
Apakah aku terlalu melebih-lebihkan?
Listrik adalah hal yang urgen, genting, penting, tak bisa diabaikan dalam lingkup pekerjaan dan proyek kami ini. Tetapi lihatlah, sejak tanggal 18 Juni 2010 sampai sekarang, sepertinya hal ini tak dianggap penting atau tak terlalu dipermasalahkan.
Aku sudah mencoba mengingatkan – biarpun memang kurang ngotot – tetapi hasilnya tidaklah optimal. Pada meeting minggu lalu aku sudah diperingatkan soal sambungan daya listrik PLN ini dan saat itu aku diingatkan kalau pada awal proyek sudah mengatakan kalau statusnya adalah “listrik normal” alias tidak ada perlu penambahan trafo. Sekarang ada dua penawaran dari dua kontraktor yang berbeda di mana satu meminta pasang trafo dan satunya lagi tidak menyebutkan pemasangan trafo. Agak aneh dan meragukan. Tentu saja kantor akan memilih kontraktor yang tidak mengajukan penambahan trafo baru.
Perlu kujelaskan adalah bahwa kontraktor yang awalnya ditunjuk kantor dari setelah tanggal 18 Juni itu baru menghubungiku pada tanggal 5 Juli untuk menanyakan alamat lokasi dan tagihan listrik terdekat. Ke mana saja dia selama setidaknya seminggu tak ada mengurus apapun? Lalu kuajukan daftar AKLI daerah tersebut untuk dipilih bagian logistik/purchasing sehingga didapatlah nama dua kontraktor tersebut di atas.
Hanya saja yang membuat aku khawatir adalah sampai hari Senin, 12 Juli 2010, belum ada orang yang berwenang mengambil keputusan, masuk kantor dan mulai mengurus hal ini.
Proyek ini berpotensi lambat serah terima seperti dua lokasi sebelumnya karena masalah listrik dan sepertinya tak ada juga pelajaran yang dipetik dari kasus pencurian kemarin – dimana kami harus mengganti sendiri kerugian karena instalasi listrik yang belum dilakukan – sehingga belum bisa diajukan untuk uji serah terima. Bayangkan, sudah lebih dari dua bulan sejak lokasi site selesai dikerjakan minus sambungan listrik dan sampai sekarang belum juga serah terima.
Kalau kita kurang antisipasi masalah sambungan daya listrik PLN maka hal yang sama mungkin saja terjadi lagi. Tetapi seperti yang kukatakan di atas, sepertinya hanya aku sendirilah yang khawatir.
Rabu, Juli 07, 2010
Lagi-Lagi Dibuat Kesal
Entah kenapa aku menjadi sangat sensitif kali ini. Tetapi apa ada alasan untuk tidak menjadi upset? Coba bayangkan, aku meminta seorang admin untuk memfotokopi setumpuk perda tentang perijinan tower dan apa yang dia lakukan?
Tentu saja memfotokopi tumpukan berkas itu. What else do you think that person do?
Tetapi apa yang membuat aku kesal? Tentu saja hasilnya. Dia pergi memfotokopi keluar kantor di sebuah tempat khusu fotokopi dan penjualan ATK, lalu keesokan harinya melaporkan sambil menyerahkan tumpukan dokumen yang telah difotokopi – TANPA MEMERIKSA HASILNYA SAMA SEKALI. Jadi yang kudapat adalah setumpuk berkas peraturan daerah dengan beberapa lembar hilang karena tukang fotokopinya nge-skip beberapa halaman.
Seharusnya yang kulakukan adalah meminta dia memperbaiki hasil pekerjaannya itu tetapi tidak, dengan bodohnya aku melakukan sendiri kegiatan pengecekan dan kemudian semua halaman yang kurang itu aku urus sendiri fotokopiannya. Aku tahu seharusnya aku meminta orang yang salah untuk memperbaiki kesalahannya agar orang tersebut belajar. Tetapi untuk pekerjaan sesederhana memfotokopi dan mengecek hasilnya saja masih tak bisa dipercaya, apakah tindakan terbaik yang bisa aku lakukan?
Senin, Juli 05, 2010
Kesalahan Siapa, Coba?
Rabu, Juni 23, 2010
Waktu Lembur Lagi
Jumat, Juni 18, 2010
Aku Berhak Tidak
Kamis, Juni 17, 2010
Telat Menyadari?
Minggu, Juni 06, 2010
Mencatatkan Pernikahan di Catatan Sipil
Senin, Mei 31, 2010
Si Satpam Yang Keren
Kita Tak Bisa Percaya
Large Hadron Collider Pop-Up Book!!!
Rabu, Mei 26, 2010
trust in you
Anthem Untuk Jakarta
tattooed women, bad?
Smoking Women, Banned?
just curious: why is that some people - including some that i have personally known - dislikessmoking women? i mean, to them (and probably you too), think that it is inappropriate for women to smoke, but think otherwise for men. is it okay - and normal - for men to smoke because they are men? is it wrong for women because women shouldn't be smoking in the first place? i had started some never ending debates over this issue and the reason why they were unfinished because both parts kept to their own POV.
that's what i am trying to start right now. i think i am not a feminist, but the idea that women should and shouldn't do something just because they're females just a little bit absurd, since a child can not decide what sex he/she born with (that's why we got transsexual now) and rights shouldn't be limited to some factors that you can't really control (sex, skin color, place of birth, etc.).
i have to admit, i am not a smoker and sometimes i just can not tolerate the billowing smoke. that's why in the past times i just left the room abruptly. so maybe you can say i am biased. when i was a child, my father is a smoker. but he quit for reasons i still haven't found out. of course i stole some cigarette he owned, just out of curiousity, to feel what is it like to be smoking. i lighted the cigarette, try it, then coughed because the smoke stung my senses. i threw it away while my so-called friends laughed at me. i do not left them though. i sat with them watching they consume rest of my thieving goods. yes, afterward there are peer pressure too, but maybe the pressure is not enough to "break" me.
all in all, this is all about option and just to think that there are other people out there that think you SHOULD or SHOULDN't do something because it is inappropirate based on some weak reasons makes me wondering...
cont'd
Cita-Citaku
cita-citaku, ingin menjadi polwan, tapi sayang aku seorang lelaki
- "cita-citaku" by the panasdalam
waktu kecil, aku pernah ingin menjadi seorang "supir tank". aku tak mau jadi tentara, aku mau jadi "supir tank". tentu gagah sekali membawa kendaraan sebesar itu, dengan meriamnya yang mampu menghancurkan lawan.
itu sebelum aku menonton serial CHIP's.
setelah itu aku ingin menjadi seperti eric estrada, mutar-mutar kota naik moge, dengan helm, kacamata hitam, dan sepatu boot kulit. bunyikan sirene dan nyalakan lampu strobo. gagah!
itu sebelum aku menonton Goggle V.
setelah itu aku ingin menjadi goggle merah, memimpin teman-teman membasmi kejahatan. menaiki robot raksasa dan bertarung melawan monster.
lalu menyusul pula kamen rider black, gaban, sharivan, megaloman, dan zabogar,dan lionman. semuanya keren. saat itu terjadi krisis identitasku yang pertama. mau jadi apa aku nanti?
tapi, di atas itu semua, aku hanya mau jadi ULTRA-MAN. datang ke bumi dari planet Ultra, menolong Jepang dari kehancuran yang diakibatkan oleh monster! tapi sayangnya aku tak akan bisa bertahan lama dalam wujud ultra,karena pengaruh kosmik bumi yang berbeda dibanding dengan di rumah.
kemudian aku menonton serial "the incredible hulk" sehingga aku memutuskan: SCIENCE IS THE ANSWER! setelah risetku berhasil dan aku berhasil menemukan cara untuk menjadi manusia super, aku akan bertualang untuk menegakkan keadilan versiku sendiri dan untuk menolong orang-orang. tentunya dengan imbalan tertentu. toh riset dan percobaan membutuhkan biaya.
tetapi kemudian aku menonton MTV Headbanger's Ball. dan hey! rasanya keren bisa bermain gitar, menggebuk drum, berteriak-teriak di mic di hadapan puluhan ribu fans yang berteriak, meloncah, mosh, headbanging bersama. sungguh suatu pemice adrenalin yang luar biasa!
lalu aku membaca All That Remains karya Patricia D. Cornwell. kuputuskan, aku akan menjadi seorang ahli forensik yang gigih membongkar kejahatan dengan cara membedah mayat. tentunya dengan cara-cara yang ilmiah pula. once more, science attracted me. ternyata aku bertemu dengan guru biologi di smu yang dengan sukses menghilangkan keinginanku untuk itu. apalagi aku harus mengambil kedokteran, ikatan dinas, sebelum bisa ambil spesialisasi forensik.
terjadilah krisis tahap 2. mau jadi apa aku ini???
aku pernah ingin menjadi perampok bank. lengkap dengan aksi tembak-tembakan dan meloloskan diri dengan mengebut dan taktik pengecohan yang brilian. bukan seperti si dalton bersaudara dalam komik lucky luke.
aku pernah ingin menjadi professional surfer/waverider. main ke pantai setiap hari, mengendarai ombak. berjemur di pantai. berpesta dengan gadis-gadis cantik berbikini. what a dream!
aku juga pernah ingin menjadi penulis. cerita fantasy seperti Piers Athony (thanks to Adeline for introducing me to him), atau science fiction seperti Michael Crichton, atau sang pelopor: Jules Verne!
mengasyikkan untuk bisa menulis sesuatu yang akan menggugah seseorang.
tapi sekarang, tak satu pun cita-cita dan keinginan itu yang kesampaian. menyedihkan? tidak juga. aku memutuskan untuk menjalani hidup apa adanya. at least, pekerjaanku sekarang masih mengandung unsur-unsur pendukung dari beberapa cita-citaku.
jadi, kecuali soal gaji dan jam kerja, i have no complaints!
Going Home for Christmas
Today, my boss' wife asked me whether or not I'm going home for this year's Christmas. I told her that I doubt it. Then she asked me why and I replied that's because "going home" is not a high;y-anticipated opportunity in my uneventful life.
But it does spark something in my head. Since I left home after graduating from high school, I've been celebrating Christmas only twice with my family. That was on 2000 and 2001. Other times, I was in Bandung, West Java, and Pontianak, West Borneo.
I did miss something from the usual family reunion. That's the ritual of going together to the church and helping in the kitchen. Actually, I am not a help at all, being a nuisance when I was a kid. Everytime a new batch of cookies out of the oven, it'd be me and/or my brother's task of tasting them.
But now, the term: "Going Home for Christmas" is just like any other sentence. I haven't come home for such a long time that I forget how and what it was like. I don't see a need for coming home, to meet my parents and sisters. I don't see the importance of "mudik" that my other fellow Indonesian do at this time of the year.
What's so great with coming home and meet up with your family and friends? How come most people feel the urge - so great thet they'd do almost anything to reach HOME - to go "mudik" while there are some people that won't be able to do it at all?
Pontianak, 18 September 2005
Hari Minggu, 18 September 2005, kota Pontianak. Sebenarnya tak ada yang istimewa. Kecuali pada saat aku keluar mau makan siang, jalanan terasa sepi padahal dari itu hari libur. Banyak toko yang tutup pula. Ini tidak normal, pikirku.
Kemudian aku ingat, hari ini hari baik! Alasannya sebagai berikut:
1. Hari Minggu = hari libur
2. Tanggal 18 September 2005 menurut kalender bulan adalah malam bulan purnama, which brings good things.
3. 18 September = 18 bulan 9 = 1 + 8 + 9 = 18 = 1 + 8 = 9! which is good too..
Itu sebabnya jalan sepi, toko pada tutup, warnet juga sepi! Hore! Yang rame itu gedung-gedung yang disewa untuk acara resespsi pernikahan, maupun beberapa rumah yang dipakai buat pesta pernikahan. Pokoknya banyak deh yang menikah pada hari itu...
Malam harinya jalanan mulai ramai. Terutama SPBU/pom bensin. Beberapa SPBU memang sejak Sabtu malam telah memasang tanda "bensin habis". Akibatnya orang terpaksa membeli bensin eceran yang banyak di tepi-tepi jalan. Begitu stok BBM ada di SPBU resmi, berdatanganlah para pemilik kendaraan. Termasuk aku.
Dalam setengah jam, antrian mobil dan motor telah mencapai hampir 1 kilometer! Padahal mobil ada dua baris dan motor juga dua baris antrian. Jadi jumlahnya perkirakan saja sendiri!
Polisi segera datang untuk mengatur barisan antrian demi mencegah keributan dan mengatur lalu lintas karena sudah macet pada ruas jalan itu.
Untunglah aku lewat ketika SPBU baru mulai operasi sehingga antrian di depanku cuma sekitar 20-an meter saja.
Buat teman-teman yang belum pernah merasakan antrian untuk mengisi BBM (misalnya di Bandung dan Jakarta), mungkin tak bisa membayangkan kondisi seperti ini yang bisa terjadi paling tidak seminggu sekali.
wayfarer's journey
DAMN…
have you ever imagined, to travel for 6 hours on a leaking-while-it-rains bus and still in the same province? it stretch for more than 250 km, about a quarter of it was a thank-God-there-is still-a-road-exist-here, plus another hour (at least) just to reach a resting place that you usually use while in town? not that it was far, but the damn bus take a very slow motion trip just to cover 30 km.
i’m not being ungrateful.
hey, at least i still got a job, a career, and get paid to travel and see places.
what? pictures? well, i get a hold on a digital camera but there was little possibilities that i will be able to upload some of the pictures i have already taken.
why? well, it’s because the damn internet cafe here only support 3 1/2" disks and not flash-disks.
but for me, this borneo is already losing its charm. still there is a lake that holds all the wildlife of the entire borneo. but that is located far north. i won’t be travelling that way this year anyway. the mistycism that envelopes the dayaks has wear off. the most interesting thing now is where and how can i get one of those tribal tattoo?
sh*t!!!
now i sound like a complete wuss. i hate it when i doin’ this. but you’re the blog, why shouldn’t i spill it all out for you? not all of my writings will be like this one. it’s just because sometime i feels like ny journey here is about to end. if i had decided that i’m fed up with all of this, i’d bail out.
that’s it.
p.s.:
my travel gear:
1. nordwand 45L from eiger
2. ericsson r250s pro and siemens m55
3. reebok sneakers
4. safety goggles
5. sponsored cap, lindores cranes and rigging, already worn out
6. krisbow multi-use tools
Does The Little Girl...
Does she realize that her limp might limit her options in the future?
Does her gait, in the future, will affect her personality?
Does she know that she looks so cute in her dress, her smile so sweet,
her eyes brightly shines, her expression so innocent, but it was the
way she walks that first caught my attention?
I hope the world would be nice to her and her parents provide her
adequately to be able to grow up as an independent, mature, yet as
cheerful as the way I see her just now.
Senin, Mei 24, 2010
cari bantuan!
aku merasa terlalu tua. atau terlalu bodoh. atau tidak memenuhi kualifikasi. atau pikiran lainnya yang menjatuhkan diri sendiri. aku seperti menyabotase kesempatanku sendiri. aku seperti ingin bebas tetapi sebagian dari pikiranku mengganggu usaha-usaha yang kulakukan untuk mendapatkan kebebasan yang kuidam-idamkan itu.
ini sungguh membuat kesal diriku sendiri.
seharusnya aku tetap semangat, fokus pada pekerjaan, tetapi meluangkan waktu untuk mencari celah peluang dan kesempatan yang "katanya" ada banyak di luar sana. tak mungkin aku mengharapkan ada orang yang datang mengulurkan tangannya kepadaku lalu mengajakku pergi menyongsong hidup yang lebih baik. hanya aku yang bisa mengubah nasibku sendiri.
tetapi aku merasa bahwa bila sendirian terasa sangat sulit, maka ada satu hal lain yang bisa aku lakukan: aku harus mencari bantuan!
Laporan Kesehatan Hari Ini
Sabtu, Mei 22, 2010
ScribeFire-ing Again
Jumat, Mei 21, 2010
scribefire for google chrome
Sabtu, Mei 15, 2010
Di Kilometer Terakhir
Rabu, Mei 12, 2010
Do Androids Dream of Electric Sheep?
12 Mei 2010
Minggu, Mei 09, 2010
Kadang Kau Tak Bisa Melaluinya Sendirian
Tadi malam saat pulang ke homebase, menyetir sendirian, Larasati Silalahi memutarkan sebuah lagu permintaan pendengar radionya. Sebenarnya yang diminta adalah Elevation dari U2 tetapi Larasati memilih memainkan lagu yang lebih downbeat dan memutarkan salah satu singel U2 yang sangat menyentuh perasaanku.
Uhuk, uhuk. Maaf kalau jadi curcol.
Lalu mulailah intro dari lagu itu dan kemudian suara Bono mengalun keluar dari speaker mobil, mengalun, memohon, mengingatkan. Aku melambatkan laju kendaraan dan pindah ke lajur tengah. Kukeraskan volume suara agar tak lagi kudengar suara deru mesin mobil maupun kendaraan lain yang mulai satu per satu melewatiku.
“Sometimes, you just can’t make it on your own,” katanya.
Aku terharu.
Aku sadar selama beberapa waktu terakhir ini aku selalu berusaha keras menjalani tiap tantangan dan mengatasi setiap persoalan yang muncul sendirian. Aku menyimpan banyak hal di dalam hati yang tak kusampaikan bahkan kepada orang-orang terdekatku. Tapi Bono mengingatkanku: kadangkala muncul persoalan tak mungkin bisa kita atasi sendirian saja.
Aku jadi sedih. Bahkan kepada Sang Pencipta saja aku menyembunyikan isi hatiku. Aku memilih hanya mengucapkan doa pendek sekedarnya dan jarang meminta lainnya. Pada saat beban terasa berat barulah aku berdoa yang karena sangat jarang kulakukan, bahkan doaku singkat pendek kering tanpa kejelasan. Terlalu jarang kulakukan sampai aku lupa berdoa. Menyedihkan.
“Sometimes, you just can’t make it on your own,” katanya.
Aku tak mempercayai membagikan bebanku pada orang-orang terdekat. Aku tak mau membagikan bebanku pada Tuhan. Padahal dari dulu aku tahu kalau tak kepada Tuhan dan diwujudkan melalui sesama manusia yang berada di lingkup terdekat, kepada siapa lagi kita meminta pertolongan dalam kesulitan hidup?
Aku mencoba kuat sendirian tapi yang ada hanyalah aku merasa lelah dan semakin rapuh. Aku lupa bahwa ada hal-hal yang tak mampu ditanggung sendirian.
“Sometimes, you just can’t make it on your own,” kata Bono.
Kau benar, Om. I can’t. And I need help, fast. So help me, God.
Rabu, Mei 05, 2010
Tak Mau
Selasa, April 20, 2010
Ngumpulin Duit Dulu Untuk…
Aku ingin nantinya bisa punya: SB-400 lalu juga tripod dan ball-head-nya sekalian. Total sekitar di bawah Rp. 4 juta. Tentu saja speedlight-nya lebih dulu. Aku ingin bisa memakai lampu kilat yang bisa i-TTL alias CLS dan kecil, ringan, murah.
Sepertinya barang yang satu itulah yang masih sesuai dengan kemampuan akuisisiku dalam beberapa bulan ke depan. Yah, biar lebih semangat, mari kita menabung!
Senin, April 19, 2010
Pendapat Pribadi Saja
di komunitas ini kami tidak membicarakan ataupun mempertontonkan kekayaan kami. tidak juga mencela kesenioritas dan kejunioran kami. panggilan om semata hanya etika bersopan santun. tujuan kami hanya bergelak tawa dan berkarya dalam photography. mungkin anda harus pikirkan lagi bung; "cocokkah anda disini..?"
seperti itulah status seorang teman komunitasku di halaman profilnya pada sebuah situs jejaring sosial yang baru saja kulihat beberapa jam yang lalu.
sudah ada banyak yang meresponnya dan kebanyakan menyatakan sependapat dengan beliau.
bagiku hal itu mengena karena seperti itulah yang kurasakan di dalam komunitas yang ini. yang kami cari adalah kesenangan dan tawa, bukan membandingkan siapa punya lensa terbesar dan terpanjang yang bagaikan membanding-bandingkan siapa yang memiliki phallus yang paling besar. mungkin itulah yang juga menyebabkan ada banyak komunitas yang pernah kucoba masuki tapi merasa tak begitu nyaman di dalamnya. bukan bermaksud menjelek-jelekkan komunitas lainnya tetapi apa gunanya ikut dalam kelompok yang esensinya hanya membandingkan siapa yang memiliki materi lebih banyak. persaingan seperti itu tak ada habisnya dan hanya membikin lelah hati dan pikiran memikirkan cara menyaingi teman sekomunitas yang muncul dengan gear/gadget yang lebih mutakhir…
tetapi terserahlah, toh ada orang-orang yang mau bersaing dalam hal seperti itu dalam teman sekomunitasnya. tujuan hidup orang kan berbeda-beda. tak sama pula cara mencapai kepuasan tiap orang.
kalau ditanya kenapa aku kangen kumpul dalam komunitas ini walaupun sepertinya kemampuan fotografiku begitu-begitu saja? ya itu, kami tak bersaing peralatan, hanya bersaing dan berbagi ilmu sambil tertawa tanpa perlu membedakan orang yang memakai kamera seratus juta atau lima jutaan.
kapan bisa motret lagi ya? :(
Jumat, April 16, 2010
Sibuk. Sibuk. Sibuk.
Memang bisa dibilang aku ini ungrateful. Setahun lalu saat banyak waktu kosong karena bisa dibilang tidak ada proyek yang berjalan secara kontinu, aku merasa suntuk dan malas. Semi-pengangguran itu membosankan dan membuat stres.
Tetapi pada saat ini, saat aku sibuk dan lebih banyak waktu habis di jalan dan di dalam mobil, lagi-lagi merasa suntuk dan malas. Semuanya karena beban kerja tinggi.
Aneh juga ya?
Saat menganggur, bosan dan menggerutu.
Saat load kerja tinggi, suntuk dan menggerutu.
Jadi bisa dibilang, apapun kondisi dan keadaannya, aku akan selalu menggerutu. Itulah aku.
Jadi sepertinya sekarang aku kan kembali ke pekerjaan yang menuntut perhatian penuh. I’m gonna hit the road again in a few minutes.
Rabu, April 07, 2010
Pemadam Kebakaran Beraksi Lagi
Kali ini aku dibuat terpaksa tertawa getir dan tersenyum pahit di hadapan atasanku sendiri. Kupikir penjelasanku beberapa hari yang lalu didengar dan diperhatikan. Tetapi ternyata (mungkin) seperti atasan lainnya, mereka tidak mau mendengar kata “Tidak bisa,” atau “Tetapi Pak…” atau alasan penghindaran lainnya. Bagi mereka cuma ada satu frase yang berlaku:
HARUS BISA.
Menyebalkan dan mengesalkan tetapi semuanya harus disimpan dalam hati. Maksudku, saat kita berhadapan dengan massa penduduk lokal yang cuma menginginkan uang dan lebih banyak uang, lalu kita diharuskan oleh atasan kita yang berada di tempat nyaman di dalam ruangan berpendingin udara untuk menghadapi semua orang itu, menurutmu siapa yang akan kita ikuti tuntutannya?
Massa yang marah atau atasan yang marah?
Melawan massa di lapangan beresiko babak belur (contoh ekstrem dan hiperbolis). Melawan atasan di kantor beresiko dipecat (sekali lagi contoh ekstrem dan hiperbolis). Keduanya harus dihadapi, tuntutan mereka harus dicarikan titik temunya, ketiga pihak yang terlibat harus sama-sama puas. Oh, koreksi. Massa dan atasanlah yang berhak untuk puas sementara orang-orang seperti kami inilah yang babak belur “memuaskan” keinginan mereka.
Walaupun sudah kujelaskan problemanya tetapi tetap saja diabaikan dan diminta HARUS BISA mengatasi masalah itu tanpa mengeluarkan biaya yang terlalu besar dan tidak boleh sampai mengganggu jalannya proyek. Mengagumkan sekali tingkat kreativitas yang dituntut dari kami ini, dalam hal pemecahan masalah dan pengiritan biaya operasional.
Aku merasa aku akan mengerjakan sekedarnya saja. Berusaha terlalu keras sampai sakit tidak menimbulkan simpati atau rasa iba. Tentu saja aku tak mengharapkan simpati seperti itu. Aku tak sebodoh maupun senaif itu.
Kami diminta memadamkan api dan mencegah kemungkinan kebakaran di lapangan juga meminimalisir potensi anasir oknum provokator pengganggu jalannya proyek di lapangan hanya dengan bermodalkan sedotan untuk mengangkut air dari sumbernya (tak usah ditanya, itu contoh ekstrem dan hiperbolis).
Aku mau marah tetapi tak tahu mesti marah kepada siapa kecuali kepada diri sendiri.
Minggu, Maret 28, 2010
Kembali Lagi Ke Topik Lama
Betapa aku tak menyukai bagian pekerjaan yang ini. Besok ada janji ketemuan dengan seorang wartawan tanpa surat kabar yang kucurigai adalah semacam wartawan amplop yang berniat mempertemukanku dengan seorang kepala desa dan seorang camat di wilayah tempat pekerjaanku kali ini berlangsung.
Memang aku butuh bantuan yang bisa didapat untuk membantu kelancaran pekerjaan apalagi sekarang ini ada provokator yang mempengaruhi – lebih tepatnya memperkeruh – suasana menjadi tidak kondusif. Tetapi tentu saja bantuan yang kudapat bila ternyata memiliki label harga tertentu membuat segalanya menjadi lebih sulit. Maksudku, tentu saja aku terikat pada nilai anggaran tertentu, bahkan bila anggaran itu memasukkan pos pengeluaran darurat yang tak masalah bila tak memiliki tanda terima. Juga bila memberikan kontribusi ke figur-figur tertentu termasuk mereka yang memngenakan seragam ke kantornya masing-masing.
Perlu diingat kalau anggaran membatasi sebesar apa bantuan yang bisa kuusahakan dan seharusnya kumanfaatkan seoptimal mungkin. Inilah yang kadang kurasa menjadi masalah yang membuat hidup tidak tenang. Banyak sekali pihak yang mengejar dan memaksakan sesuatu dan/atau hal lainnya karena semua ingin mendapatkan komisi terlepas dari apakah bantuannya memang diperlukan atau ternyata malah hanya jadi merepotkan saja.
Seperti yang kubilang di atas, bagian seperti ini adalah aspek yang tak kusukai dari pekerjaanku saat ini. Sejak dari lima tahun yang lalu aku sudah nyatakan secara eksplisit kalau aku tak suka dan kalau bisa memilih tentu saja tak akan bersedia membantu aspek pekerjaan ini. Sayangnya pilihan itu tak bisa kulakukan karena itu akan mempersulit jalan rezeki perusahaan.
Bah, seharusnya daripada meracau saat hampir tengah malam seperti ini, sebaiknya aku tidur. Istirahat. Besok adalah hari yang sangaaat panjang.
Senin, Maret 22, 2010
Mungkin Esok Muncul Masalah Baru?
Aku merasa sangat pesimis. Esok itu rencananya adalah aku menemui seorang wakil pemilik lokasi dan menyampaikan kabar kalau semuanya batal. The deal is off. Bukan salahku memang. Tetapi tentu saja sebagai penyampai pesan, bukan tak mungkin segalanya ditimpakan kepadaku. Kenapa?
Gampang. Karena aku ada di depan mata.
Aku tak terlalu mempersoalkan itu. Zaman sekarang tak mungkinlah sampai aku dibacok golok karena itu apalagi ada alasan yang tepat buat diajukan.
Yang jadi masalah adalah sifat alami manusia. Tentu saja dia bukan tidak mungkin berubah menjadi dengki dan iri hati lalu berniat mengacaukan perpindahan lokasi yang MUNGKIN saja terjadi – lagi-lagi tergantung kabar esok. Tetap saja aku harus bersiap-siap menghadapi taktik culas penggagalan pekerjaanku karena atasan di pusat tidak akan peduli soal jungkir-baliknya orang di lapangan. Bagi mereka semua bisa diselesaikan dan HARUS BISA diselesaikan. Because, that’s why we paid you to do.
That really sound fabulous. Amusing. Sh*tty marvelous!
Aku harus mempersiapkan diri untuk tampil besok dengan wajah penuh ketulusan dan tutur kata halus menyampaikan permohonan maaf. Atau berpura-pura atas itu semua. I hate this part of the job but feigning is what people do to conceal the reality.
Kamis, Maret 18, 2010
Bersamamu
“… hidupku kan damaikan hatimu / diriku kan slalu menjagamu / izinkan ku slalu bersamamu …”
Tadi siang aku memutuskan untuk mendengar sebuah stasiun radio swasta di daerah Kemang dan kebetulan mereka membuat kuis yang meminta pendengar menebak nama band yang menyanyikan lagu yang bagian reff-nya kukutip di atas.
Entah kenapa mendengarkan lagu ini mood makin terasa turun dan makin sedih. Padahal aku tak memiliki kenangan khusus apapun dengan lagu ini tetapi kalau kucoba menebak maksud dari penciptanya entah kenapa aku justru merasa kesedihan padahal sepertinya bukan itu.
Mungkin karena hari ini perasaanku dalam kondisi negatif termasuk ketika dianggap salah atas pemilihan kandidat akuisisi yang jelas-jelas di luar kekuasaanku karena pelaksananya adalah orang lain yang juga hanya menjalankan instruksi sampai ke titik koma tanpa berpikir untuk melakukan koreksi dan variasi saat menemukan kondisi yang kurang kondusif di lapangan. Memang sial. Nanti malam aku akan kirim e-mail menjelaskan posisiku saat pemilihan kandidat dilakukan dan ….
Sudah, itu saja. Aku yakin kalau aku tak akan mendapat permintaan maaf setelah dianggap – secara sepihak – melakukan kesalahan. Tetapi tak apa. Aku tahu orang itu tak punya kemampuan untuk meminta maaf dan bila saatnya tiba biarlah dia menerima karmanya.
Hanya saja semoga ketika balasan karma itu datang, aku tidak sedang berada di sana. Aku tak mau melihatnya dan aku tak mau tahu. Aku tidak dendam hanya saja aku memutuskan untuk tidak mempedulikannya.
Rabu, Maret 17, 2010
Stick To The Root?
Senin, Maret 15, 2010
Menghindari Kerugian
Rabu, Maret 10, 2010
Apa Kabar Hari Ini
Selasa, Maret 09, 2010
Ga Ada Hentinya
Minggu, Maret 07, 2010
Menghilangkan Kepala
Jumat, Maret 05, 2010
Mengubah Kebiasaan Bekerja
Kalau bisa dialihkan ke orang lain, mengapa tidak?
Selama ini aku terlalu bodoh merelakan diri untuk dimanfaatkan.
Rabu, Maret 03, 2010
Kebebasan Untuk Memuja Apapun.. Bahkan Memuja Kehancuran
Kamis, Januari 21, 2010
Tentang Pilihan
Banyak pilihan tidak selalu membuat segalanya lebih mudah—tidak ada pilihan lain jauh lebih mudah, meski ketiadaan pilihan bagaikan suatu nasib yang memaksa kita untuk pasrah. Namun, bagaimana kalau kita tidak usah memilih saja? Meski hanya ada satu pilihan di depan kita?