Minggu, November 11, 2012

Jembatan

Aku masih ingat -- biarpun tidak detil -- hal-hal yang berulang kali menjadi masalah dalam hubungan kami. Semua hal itu bisa dibagi dalam dua kategori:

1. Hal yang berbeda dalam pribadi kami masing-masing, dan

2. Hal yang kami hindari dan tidak dibicarakan, tetapi ada seperti tembok yang menghalangi.

Aku rasa dia juga tahu. Hanya saja dia tidak sampai kelompokkan seperti pembagian di atas. Atau mungkin dia mengkategorikan hal-hal itu tetapi dengan label yang berbeda.

Yang jelas, dalam hal pertama, aku merasa seperti dikekang. Tidak boleh ini. Tidak disetujui itu. Dilarang begini atau begitu. Kadang aku sampai berpikir, seperti dipenjara! Tentu aku tak bisa perbandingkan dengan penjara dalam artian sebenarnya karena aku tak pernah masuk sel tahanan ataupun lembaga pemasyarakatan.

Tetapi ketidaksukaannya yang eksplisit pada hobiku dan alasannya bahwa aku seperti tidak memprioritaskan hubungan kami. Aku tak tahu bagaimana menjelaskan kepada seseorang yang aku tak tahu punya hobi jelas atau tidak, bahwa yang namanya hobi memang kadang bisa menguasai seseorang sampai berkali-kali menomorduakan pasangannya. Mungkin, seandainya saja dia mulai benar-benar menekuni sebuah hobi yang menuntut upaya dan kreasi, kreativitas, energi, waktu, dan uang, mungkin pada saat itu dia bisa mengerti.

Sementara ini? Aku tak yakin dia bakal paham.

Aku punya pikiran sendiri dan akhir-akhir ini daripada bicara, aku lebih memilih diam dan berpikir. Aku bisa menghabiskan berjam-jam perjalanan dengan seorang supir, berdua saja dalam mobil kantor, menuju lokasi, dan aku tak akan bicara sepatah katapun. Tapi lebih baik diam, menurutku, daripada bicarakan hal yang tak aku minati, ketika aku lebih memilih bergelut dengan pikiranku sendiri.

Sedangkan mengenai hal kedua. Aku tahu dia tahu tapi dia tetap tak mau bicarakan. Itu pilihannya. Itu keputusannya. Seperti menunda dan menghindar. Topik sensitif yang akan menarik kami menuju kutub masing-masing, memisahkan kami begitu jauh sampai, kuharap tidak, kami akan berpisah.

Aku butuh jembatan. Sesuatu yang akan bisa menghubungkan perbedaan kami.

Atau lebih baik, aku belajar menjadi jembatan itu. Resikonya adalah, bila gagal, kami akan terpisahkan...