Jumat, Desember 17, 2010

It Is Not You...

Like what people would say, "It's not you. It's me."

Confusing yet useful at times. Remembered what the Flynn guy said to his son about messing his Zen.

The movie had funny moments which no one laughed about, except me, which made me feel weird.

Bah, I should end this here.

Selasa, Desember 14, 2010

Christmas Present

She's planning on giving me Christmas present which saddens me because I don't know what to give her.

Brrrrr....

When the Khilafah is established and the Islamic State governed by Sharia returns, the victims of Democracy in this article will be able to worship in peace.

 

That quote, written by a commentator of this article, making me shudder with a sense of fear.

Jumat, Desember 10, 2010

No Progress

I know why there seems to be no progress at my work. I got works and tasks and more of them added each day!

Selasa, Desember 07, 2010

Pengen Banget Motret

Yeah, hari ini pengen banget motret berhubung hari libur karena Tahun Baru Hijrah. Sialnya tetap saja harus mengurus pekerjaan dan tentu saja saat ini aku sedang di kantor.

Demi pekerjaan yang tiada habisnya dan scope of work yang tak benar-benar jelas pembagiannya, aku tetap mencoba bertahan. Yeah, aku sedang harus mengerjakan pekerjaan yang tak aku suka tetapi aku begitu bodohnya sampai tak tahu cara melepaskan diri dari ini.

Rasanya ingin sekali menendang pantat sendiri agar lebih termotivasi. Ha ha.

Lalu mengingat hubungan personalku yang saat ini terasa tak mampu membuat semangat? Heh, entahlah. Work sucks. Personal life juga tak menyenangkan. Rasanya saat ini aku sedang ada di dalam penjara. Rasanya ingin lari, membebaskan diri, pergi entah ke mana tak peduli dengan ini semua.

Hah, aku yang sengsara.

Selasa, November 23, 2010

Diatur

Kenapa ya beberapa waktu terakhir ini terasa kalau hidupku terlalu diatur oleh orang-orang lain?

Aku tak suka tapi memang tak kukatakan.

Aku memang diam tapi aku merasa terganggu dan ini tak menyenangkan sama sekali.

Rabu, November 17, 2010

Damba Tidur

Sudah lama sekali tak menulis apapun di sini karena kesibukanku dan kesulitan yang kualami dalam hidup sehari-hari.

Sekarang pun aku masih tak tahu hendak menuliskan apa kecuali betapa aku sangat merindukan tidur yang nyenyak tanpa gangguan dan bangun dengan perasaan kebutuhan istirahat telah terpenuhi.

Sayangnya hal itu masih menjadi kemewahan bagiku. Istirahat berkualitas dalam bentuk tidur yang nyenyak.

Jumat, November 05, 2010

Afraid And Delay

I am afraid and that made me unable to concentrate. Thus I procrastinate and that created all the delay. Now I'm way passed the deadline. How can I help myself now? *sad face*

Rabu, November 03, 2010

Joyless Times (Part 5 of Many)

I wish that I have something more interesting to say (or write in here!) about anything.

Too bad I just can't find joy in doing my tasks anymore. Tasks that demanding me to sit behind a desk and type all day, making calls and appointment, checking the documents, etc.

But that's what makes me feel inadequate and having all these signs of various diseases.

I just wish that I be more joyful instead.

Senin, Oktober 25, 2010

My Brain Stops Working

Here I am alone at the office staring at the LCD and the piles of documents, feeling more desperate for each minutes passed.

All because of my brain refuse to do any work. It even feels really heavy inside my cranium. Oh God.

I sucks for letting myself at this position.

Jumat, Oktober 22, 2010

Joyless Times (Part 4 of Many)

God will only save me through my own efforts.

Senin, Oktober 18, 2010

Maybe I'm Being Ungrateful (Joyless Times Part 3 of Many)

The way you could see it is that I am being selfish and ungrateful.

When I have a friend to whom I can confide my personal problems, how could I called other people -- the lonelier ones -- as more fortunate than myself?

Joyless Times (Part 2 of Many)

Life Will Take You Nowhere

If You Do Not Go Anywhere

Joyless Times (Part 1 of Many)

It saddens me that i hurt you no matter what i do.

Sad and depressed.

Even worse, my daily life sucks because i work on a place where i felt stuck.

You know why i don't change work?

Because a change of work will take me farther away from you.

Because i am competent at nothing and you know it as well as i do.

Sabtu, Oktober 16, 2010

to remember

i still haven't found what i'm looking for: a quiet place, a shelter from the storm.

Kamis, Oktober 14, 2010

Worried Sick

I am worried sick about my own job, my own career, and my own future.

Is there nothing that I can do?

C'mon, I am not that stupid as to give up without trying to do anything..?

I will do something about this, because I (see below)

Senin, September 27, 2010

Belajar Mengajar Menghajar?

Aku sudah mencoba menguatkan kehendak untuk melaksanakan transfer ilmu tetapi lagi dan lagi peristiwa yang terjadi mengecilkan hati. Bagaimana mungkin hendak mengajarkan sesuatu kalau si pembelajar seperti tak mengerti -- dan tak mampu(?) -- mengerti?

Bayangkan betapa jengkelnya hari ini harus menunggu seorang admin untuk melakukan tugasnya, mengisi form template lima kali dengan hanya empat baris data yang berbeda di tiap lembarnya, tetapi si bedul itu membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam untuk menyelesaikannya?!?!

Sialan!

Cuma mengisi empat baris data plus mencetak dokumen saja, butuh waktu 18 menit per lembarnya?




Clenched Fist


Dan tiap kali mengingat atasanku ingin aku mengajarkan -- istilahnya: mentransfer ilmu -- kepada manusia satu itu, bagaimana mungkin aku mempertahankan tingkat kewarasanku sampai masa asimilasi ini selesai? Bayangkan saja, masa harus aku yang "downgrading" kecepatanku dalam bekerja, sampai ke tingkat manusia itu? Bukankah ketika mulai bekerja seharusnya dia yang menyesuaikan diri dengan lingkungan yang dimasuki?

Kenapa tega sekali atasanku melimpahkan hal seperti ini kepadaku?

Menyedihkan sekali keadaan ini! 

Rabu, September 15, 2010

menentukan prioritas

yang seharusnya kulakukan sekarang ini adalah menetapkan daftar prioritas tindakan dan hal yang perlu dilakukan.

menggunakan daftar prioritas yang tersusun berdasarkan skala kepentingan itulah lalu aku dapat menyusun suatu jadwal aksi dan menetapkan target pencapaian!

tanpa prioritas yang dituju, mustahil bisa menetapkan target yang hendak dicapai. ketiadaan target menyebabkan tak mungkin merancang taktik dan strategi pencapaian. dan tanpa target, tak bisa pula melakukan evaluasi dan apresiasi yang memadai, wajar, dan berimbang.

jadi, kapan aku akan memulai?

Selasa, September 07, 2010

i'll wait for your return

baby, i'll wait patiently

keeping my hope alive just

so that i can meet you, see you, touch you

then i'll take you to our secret little place

where i'll have my revenge on you

Rabu, September 01, 2010

Baiklah

Sekali lagi aku dibuat makan hati.

Betapa menyenangkannya, ketika aku diberi tugas dan tanggung jawab yang tak lengkap dan saat meminta kejelasan, yang kudapatkan malah wejangan yang berubah jadi perdebatan.

Ketika aku memprotes bahwa persoalan yang sama terjadi dan terjadi lagi, bahwa petugas lapangan mengabaikan dan cenderung tidak peduli, karena tak ada evaluasi dari kantor, malah dikembalikan ke aku sebagai pihak yang bersalah tak melakukan evaluasi pekerjaan.

Uh, you are the boss. Kenapa aku yang evaluasi? Memangnya apa yang kau lakukan di dalam ruanganmu memanggil orang-orang yang baru balik dari proyek? Menghisap pipa perdamaian?

Lagipula kenapa aku yang harus mengevaluasi pekerjaan bila saat pekerjaan berlangsung, berkali-kali aku "dipotong" dari hierarki pengambilan keputusan? Lalu berkali-kali pula pemberitahuan dan pengaturanku di-counter tanpa melalui pemberitahuan sebelumnya dan tak pernah aku diberitahu sampai ketika aku menanyakan hal tersebut kepada orang di lapangan? Lupa ya?

Sampai sekarangpun masih terjadi bahwa keputusan dan informasi yang di-bypass tak melibatkan aku. Berkali-kali pula saat aku mengatakan "A", diubah menjadi "B" tapi bukan aku yang diberi tugas memperbaikinya. Harus dirimu sendiri yang menyampaikannya.

Intinya: if you're continually undermine me and my position which you entitled to me, how could you blame me for not having adequate kewibawaan?

Bukankah kamu sendiri yang mensabotasenya? Kamu itu tak adil dan kamu tak sadar kamu tak adil atau kamu tak peduli bahwa kamu itu tak adil. Bila kamu tak memberikan penghargaan yang wajar di depan anak buah sesuai pangkat yang kau berikan padaku, berkali-kali pula, menurutmu anak buah itu akan menghargaiku atau tidak?

Selasa, Agustus 31, 2010

Sekali Lagi Makan Hati

Memang terasa bahwa kelemahan kami adalah soal prosedur yang tak dibakukan dalam bentuk tertulis yang kemudian diberitahukan ke semua bagian-bagian di kantor. Selama ini prosedur hanya diberitahukan secara lisan. Tetapi ingat bahwa prosedur yang harus ditaati juga tidak berbelit-belit ataupun mempersulit.

Hanya saja kebanyakan orang cenderung mengabaikan dan menganggap enteng dan tak disiplin. Menyenangkan sekali bekerja seperti ini. Orang bisa bekerja dengan sekedarnya lalu mengabaikan saja hal-hal yang dianggap bukan bagian dari tanggung jawabnya.

Salah satu hal yang menjadi kelemahan dari kegiatan pekerjaan seperti ini adalah bahwa tidak adanya evaluasi terhadap kinerja. Kelemahan berikutnya terkait ketiadaan evaluasi ini adalah tak ada sistem reward and punishment yang jelas. Orang bisa abai pada pekerjaan, bisa bekerja setengah hati, asal-asalan, dan tetap saja didiamkan.

Aku pernah mencoba melakukan evaluasi tetapi tentu saja tanpa ada dukungan dari atasan terhadap usaha "perbaikan" yang aku lakukan, semuanya jadi mentah lagi.

Menyenangkan. Sekali. Bekerja. Seperti. Ini.

Senin, Agustus 30, 2010

Blaming It On Someone Else

It is mandatory that when problems arise from projects caused by lack of management and/or commitment, that's when the survival that's inherent in all animals kick in. People will start blaming each other, exaggerating faults -- or fabricating them -- made by coworkers, partners, subcontractors, or the weather, social political condition, or anything that can be pointed by extended index finger.

Anything and everything but oneself.

Well, many people did it and will still do so in the future.

I guess that's what will happened tomorrow in the meeting. I just wish I'm not going to be send there as the representative of our company.

Sabtu, Agustus 28, 2010

What's Not To Like From "Slave Girls from Beyond Infinity"?

Tersandung sebuah judul film di blog yang sering kubaca, kuputuskan untuk mencari film ini sampai dapat. Betapa menghiburnya film ini, sangat pantas disukai, apalagi film ini menampilkan:



Robot penjaga (lengkap dengan suara robot dan balas-membalas ejekan yang terdengar lucu diucapkan oleh bukan-manusia.



Kemudian ada monster cyborg yang terlihat keji sekaligus menakutkan, menangkap seorang wanita yang berpakaian minim, entah untuk tujuan apa.


Dan hal nomor dua terbaik adalah perempuan berpakaian minim (ingat, mereka adalah slave girls) membawa BFG...!

Hal terbaik adalah selain itu masih ada scene zombie yang sayangnya lupa ku-capture sebelum aku kehilangan film ini.

Senin, Agustus 23, 2010

joyless times

it saddens me that i hurt you no matter what i do.

sad and depressed.

even worse, my daily life sucks because i work on a place where i felt stuck.

you know why i don't change work?

because a change of work will take me farther away from you.

because i am competent at nothing and you know it as well as i do.

Sabtu, Agustus 14, 2010

Nice Doggies...

Will Ferrel (Dan Winters for Wired)

Darn it. I want to make photos like this. The concept is cool. The models are great. Especially the doggies...
(Will Ferrel shot by Dan Winters for Wired Magazine)

Selasa, Agustus 10, 2010

Jengkel dan Geram

Apa sih yang sebenarnya diminta?

Mengesalkan sekali. Sampai hari ini sekali lagi aku dibuat bingung sebenarnya project mana yang seharusnya aku handle dan yang mana yang sifatnya diperbantukan dan sejauh mana keterlibatanku.

Membuat geram sampai gigi geligiku beradu dan aku cuma bisa memaki dalam hati.

Sudah tidak tahu mau bilang apalagi kalau begini. Berkali-kali membuat keputusan yang tak diberitahukan ke aku. Berkali-kali pula mendapatkan informasi yang entah bagaimana tak diteruskan ke aku. Lalu saat aku dengan informasi yang kupunya harus menjawab pertanyaan orang lain, berkali-kali aku terdengar dan terlihat bodoh karena tidak memiliki informasi terbaru yang ENTAH BAGAIMANA SEAKAN TERLUPA UNTUK DIBERITAHUKAN KEPADAKU padahal orang itu tahu kalau AKU JUGA BUTUH INFORMASI ITU.

Effin' teamwork.

Rabu, Agustus 04, 2010

wondering

i wonder why would my boss have to bring me along for a meeting that i know he is fully capable of handling.

not that i am against going along but i know when i have time to spare and when i do not have any. like this time when i am overwhelmed by tasks yet i have to go too and this annoyed me much.

i mean VERY MUCH annoyed!

Minggu, Agustus 01, 2010

Frustratingly Indonesia

How to keep oneself from being frustrated by the current condition in Indonesia, in some particular areas, because of the plurality practiced there?

We came from various background, diverse ethnicity, religions, and language. When some people were being supressed for building their own place of worship, attacked everytime practicing their religion, what does that leave all of us?

When even the police have gotten to the point of tired to provide security for the people doing prayers and worship, what does that make them?

Where's the government? The Constitution, OUR Indonesian Constitution guaranteed our freedom to practice what our religion teaches us. But what then when about some people who view our religion as evil and do whatever it takes to squash it? How do we prevail?

How do we prevail as a nation? How do we held on to Bhinneka Tunggal Ika?

Oh how I despise the local governments for intentionally breaking the Constitution and the Ministry for turning its head the other way.

Rabu, Juli 21, 2010

"..."

My mom called and as usual left me with guilty feeling.
She long for a long talk with me and I said I'm still busy at the office, at 6:30 PM.
She asked when will be a convenient time for her to call me again and I said I don't know.
She said that why don't I consider work at the same town with her so that I won't be far away and I said I am busy to even consider it.
She want to know whether I have given thought about getting married and I said I am busy.
I am too busy to talk to my own mother when actually I know I can't make her happy because her happiness involves sacrifices I can't, won't, or couldn't afford to do.
Then she gave up and hung up on me.
And now I felt terrible.

Senin, Juli 19, 2010

Pengorganisasian, Mutlak Perlu

Dalam sebuah organisasi tanpa sistem pembagian yang jelas sangat mungkin terjadi tumpang tindih tugas dan pekerjaan.

Bila ini terjadi, mungkin sekali berubah menjadi kebingungan bahkan sampai kekacauan. Tak ada yang diuntungkan dengan hal seperti ini. Pemborosan energi dan sumberdaya pekerja akan tak terhindarkan.

Bahkan bisa saja terjadi ada pekerja yang tugasnya menjadi overload dan ada pekerja yang bahkan tidak melakukan apa-apa karena tugasnya yang tumpang tindih dengan beberapa orang itu malah telah dikerjakan seluruhnya.

Meskipun kedengaran menguntungkan bagi pekerja yang makan gaji buta itu, secara keseluruhan organisasi tidak mendapatkan keuntungan bersama. Hal seperti ini bahkan cenderung berpotensi konflik yang dapat menuju perpecahan. Lingkungan kerja bisa berubah menjadi hostile -- sesuatu yang tak diinginkan manajer manapun.

Sebelum disorganisasi seperti ini terjadi, sudah sepantasnyalah seorang manajer yang baik berusaha memperbaiki keadaan, bukan malah turut menjadi bagian dari masalah tersebut.

Jumat, Juli 16, 2010

Dianggap Apa Ya?

Kemarin, ada sedikit pertentangan soal pembagian tugas dan tanggung jawab. Ada tim yang harus ke Pemalang untuk uji fungsi. Ada pekerjaan di Klaten dan Magelang yang tak seorang pun sedang mengurusnya. Ada uji fungsi di Bandung yang tak seorang pun mengurusnya. Ada urusan administrasi proyek yang terpaksa harus kurangkap.

Lalu atasanku menyuruhku berangkat ke Magelang dan Klaten, bersama seorang lagi dari kantor. Kutolak, dengan pertanyaaN, "Lalu siapa yang mengurus kerjaanku di sini?"

"Aku saja'" kata atasanku.

Aku tak menjawab dengan kata-kata. Hanya mengangkat alis dengan ekspresi yang mungkin diartikan orang lain kesal atau marah. Sebenarnya saat itu aku lebih ke tak mempercayai kata-kata atasanku sendiri dibandingkan kesal. Ya, memang ada kesal juga.

Atasanku, melihatku, lalu malah pergi dari group discussion ini.

Aku tak tahu apakah itu baik atau buruk.

Yang aku tahu, akan sangat buruk bagiku menyerahkan pekerjaanku kepadanya. Dokumen penting mungkin akan hilang atau tidak terurus. Beberapa hal penting atau remeh mungkin terabaikan.

Lalu pada saat aku balik dari Jawa Tengah, harus kubereskan semuanya sendiri, karena tak seorang pun yang akan melakukannya. Tak seorang pun mau, kecuali terpaksa, kemudian itu pun akan sambil asal-asalan.

Bagaimana mungkin aku mempercayai pekerjaanku dikerjakan orang yang sering menghilangkan dokumen penting atau diperlukan? Yang sampai menyebabkan beberapa kali kesulitan?

Itulah yang hendak kuucapkan pada saat itu, tetapi batal. Ada sebuah berkas dokumen PO untuk proyek di Tasikmalaya, yang pada beberapa hari yang lalu ditanyakan kepadaku tentang keberadaannya. Yang menanyakan adalah karyawan perusahaan yang mengeluarkan PO tersebut. Seharusnya sudah dikembalikan kepadanya beberapa minggu yang lalu. Aku tidak tahu dokumen itu ada di mana. Maka kutanyakan ke atasanku.

Jawabannya adalah dia sudah mengembalikan PO tersebut ke kantor mitra kami. Ketika kutanyakan kepada siapa dia memberikan, hanya dijawab, "Pokoknya sudah dikembalikan." Ketika kucoba mencari tanda terima penyerahan dokumen, sampai saat aku menuliskan ini, belum kutemukan.

Lalu omongan siapa yang harus kupercaya? Tidak ada.

Tapi aku meragukan atasanku sendiri.

Itulah sebabnya, bila hal sepenting PO saja bisa misplaced, apalagi selembar dokumen yang hanya pelengkap binder project.

Lalu apa yang bisa aku lakukan sekarang?

:(

Kamis, Juli 15, 2010

Lelah Tidak Sama Dengan Gampang Istirahat

Seperti itulah hasil observasiku atas satu obyek observasi yang paling gampang digunakan: diriku sendiri.

Aku lelah lahir dan batin tetapi aku tahu kalau pun aku mencoba tidur, entah itu beberapa jam kemudian baru bisa tidur atau tidur cepat tapi gampang terbangun atau tidur terganggu mimpi buruk yang mencemaskan atau kombinasi dari hal di atas.

Mimpi buruk tak berarti sama dengan menyeramkan. Lebih ke hal-hal yang menggelisahkan, memalukan, menyakitkan perasaan.

Apalagi hal-hal yang disimpan ke bawah sadar sebagai bentuk pertahanan integritas identitas otak.

Seperti sekarang aku tahu aku lelah dan aku tahu betapa pentingnya istirahat tetapi aku tak bisa tidur, tak bisa memaksa diriku untuk tidur, tak berani mencoba tidur.

Mungkin sebentar lagi aku butuh antidepresan.

"Kerja Yang Benar Itu Seperti Apa Sih?"

Itulah yang kupikirkan akhir-akhir ini. Pertanyaan yang SANGAT MENGGANGGU usahaku untuk tetap waras. Dalam hal ini aku tidak mengada-ada. "Ledakan" emosi yang mendadak dan tak terduga, tiba-tiba datang dan biasanya bertahan seharian penuh, tak mau melepaskan cengkeraman pengaruhnya dari diriku.

Ya okay, mungkin terdengar hiperbolis.

Tetapi saat aku mencoba memotivasi diri sendiri agar bekerja dengan sebaik-baiknya seorang karyawan, aku terbentur pada ketidakjelasan standar minimum dan optimal performa karyawan. Bahkan penilaian kinerja yang aku lakukan, teliti pada detail, disiplin waktu, jujur dan bertanggung jawab, tak jelas adanya. Serba samar.

Sekarang seharusnya kau tak lagi heran mengapa aku sampai bertanya-tanya, bukan? Saat aku ingin memberikan performa yang baik, aku tak tahu di mana "buruk" berhenti dan di mana "baik" dimulai! Lalu bagaimana bekerja, kalau kita punya target memajukan dan memperbaiki perusahaan secara keseluruhan?

Selasa, Juli 13, 2010

meminjam sinar matahari

pernahkah kau sadar kalau selama ini hidupmu bisa berjalan karena kau meminjam sinar matahari?

apapun itu yang kau makan, tanpa sinar matahari, tak kan bisa sampai ke meja makanmu.

jangan jadi bodoh, tentu saja bukan sinar matahari yang mengantarkan makananmu, melainkan dirimu sendiri atau dengan bantuan orang lain. yang aku maksud adalah bahwa makananmu itu adalah bentuk energi lain yang telah mengalami perubahan bentuk sehingga sumber awalnya dari sinar matahari tak dikenal lagi.

kalau kau makan sayuran hijau, berterimakasihlah kepada sinar matahri yang memungkinkan proses fotosintesis.

kalau kau makan hewan pemamah biak, berterimakasihlah pada sinar matahari yang memungkinkan hewan itu mendapatkan makanannya.

kalau kau makan biji-bijian, tentu saja ada peran sinar matahari yang memungkinkan tanaman tersebut tumnuh dan berkembang.

bahkan, di negara tropis di daerah khatulistiwa, pakaian yang kau kenakan di tubuhmu itu hampir pasti dikeringkan (setelah dicuci) oleh sinar matahari.

bahkan malam seperti saat ini, bila tiba-tiba PLN memutuskan aliran listrik yang mendayai lampu-lampu ruangan, sehingga satu-satunya sumber penerangan hanyalah cahaya bulan, berterimakasihlah karena bulan juga meminjam sinar matahari untuk menerangi malam.

Senin, Juli 12, 2010

Telepon Yang Tak Kujawab

Dalam sepuluh menit ini ada dua kali telepon masuk dari seorang mitra kerja di perusahaan lain yang tentunya hendak menanyakan progres pekerjaan akuisisi lahan di Jawa Tengah. Sebagai seorang manajer area di sana, wajar dong beliau menelepon menanyakan progres?

Yang tak wajar adalah aku tak berani menjawab telepon itu karena AKU TAK PUNYA LAPORAN PROGRES. Tentu saja tak ada kemajuan pekerjaan karena TAK ADA SEORANG PUN yang mengerjakannya di lapangan! Kenapa tidak ada? Ya karena kami tak ada orang untuk mengerjakannya!

Aku tak tahu mau jawab apa maka tidak kujawab telepon itu. Buat apa? Biar sajalah aku dianggap tak becus bekerja karena sebenarnya yang membuatku dalam keadaan terjepit ini adalah atasanku sendiri. Kami tak memiliki tenaga pekerja yang cukup tetapi tentu saja atasanku tetap mengambil proyek dengan bertaruh bahwa everything will be allright.

Yeah, right. It will be allright but not before I get burned.

Apakah Aku Sendirian Yang Merasa Khawatir?

Itulah perasaan yang mengganggu pikiranku akhir-akhir ini. Apakah hanya aku sendirian yang merasa khawatir dengan bagaimana proyek-proyek kami berjalan? Apakah aku sendirian yang memikirkan kecepatan sebuah rangkaian pekerjaan dilaksanakan dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya? Apakah aku sendirian yang mencoba memikirkan cara mengefisienkan waktu dan mempercepat suatu pekerjaan diselesaikan? Apakah aku sendirian yang khawatir apakah pekerjaan kami comply dengan standar yang ditetapkan oleh operator?

Apakah aku terlalu melebih-lebihkan?

Listrik adalah hal yang urgen, genting, penting, tak bisa diabaikan dalam lingkup pekerjaan dan proyek kami ini. Tetapi lihatlah, sejak tanggal 18 Juni 2010 sampai sekarang, sepertinya hal ini tak dianggap penting atau tak terlalu dipermasalahkan.

Aku sudah mencoba mengingatkan – biarpun memang kurang ngotot – tetapi hasilnya tidaklah optimal. Pada meeting minggu lalu aku sudah diperingatkan soal sambungan daya listrik PLN ini dan saat itu aku diingatkan kalau pada awal proyek sudah mengatakan kalau statusnya adalah “listrik normal” alias tidak ada perlu penambahan trafo. Sekarang ada dua penawaran dari dua kontraktor yang berbeda di mana satu meminta pasang trafo dan satunya lagi tidak menyebutkan pemasangan trafo. Agak aneh dan meragukan. Tentu saja kantor akan memilih kontraktor yang tidak mengajukan penambahan trafo baru.

Perlu kujelaskan adalah bahwa kontraktor yang awalnya ditunjuk kantor dari setelah tanggal 18 Juni itu baru menghubungiku pada tanggal 5 Juli untuk menanyakan alamat lokasi dan tagihan listrik terdekat. Ke mana saja dia selama setidaknya seminggu tak ada mengurus apapun? Lalu kuajukan daftar AKLI daerah tersebut untuk dipilih bagian logistik/purchasing sehingga didapatlah nama dua kontraktor tersebut di atas.

Hanya saja yang membuat aku khawatir adalah sampai hari Senin, 12 Juli 2010, belum ada orang yang berwenang mengambil keputusan, masuk kantor dan mulai mengurus hal ini.

Proyek ini berpotensi lambat serah terima seperti dua lokasi sebelumnya karena masalah listrik dan sepertinya tak ada juga pelajaran yang dipetik dari kasus pencurian kemarin – dimana kami harus mengganti sendiri kerugian karena instalasi listrik yang belum dilakukan – sehingga belum bisa diajukan untuk uji serah terima. Bayangkan, sudah lebih dari dua bulan sejak lokasi site selesai dikerjakan minus sambungan listrik dan sampai sekarang belum juga serah terima.

Kalau kita kurang antisipasi masalah sambungan daya listrik PLN maka hal yang sama mungkin saja terjadi lagi. Tetapi seperti yang kukatakan di atas, sepertinya hanya aku sendirilah yang khawatir.

Rabu, Juli 07, 2010

Lagi-Lagi Dibuat Kesal

Entah kenapa aku menjadi sangat sensitif kali ini. Tetapi apa ada alasan untuk tidak menjadi upset? Coba bayangkan, aku meminta seorang admin untuk memfotokopi setumpuk perda tentang perijinan tower dan apa yang dia lakukan?

Tentu saja memfotokopi tumpukan berkas itu. What else do you think that person do?

Tetapi apa yang membuat aku kesal? Tentu saja hasilnya. Dia pergi memfotokopi keluar kantor di sebuah tempat khusu fotokopi dan penjualan ATK, lalu keesokan harinya melaporkan sambil menyerahkan tumpukan dokumen yang telah difotokopi – TANPA MEMERIKSA HASILNYA SAMA SEKALI. Jadi yang kudapat adalah setumpuk berkas peraturan daerah dengan beberapa lembar hilang karena tukang fotokopinya nge-skip beberapa halaman.

Seharusnya yang kulakukan adalah meminta dia memperbaiki hasil pekerjaannya itu tetapi tidak, dengan bodohnya aku melakukan sendiri kegiatan pengecekan dan kemudian semua halaman yang kurang itu aku urus sendiri fotokopiannya. Aku tahu seharusnya aku meminta orang yang salah untuk memperbaiki kesalahannya agar orang tersebut belajar. Tetapi untuk pekerjaan sesederhana memfotokopi dan mengecek hasilnya saja masih tak bisa dipercaya, apakah tindakan terbaik yang bisa aku lakukan?

Senin, Juli 05, 2010

Kesalahan Siapa, Coba?

Ini adalah kesalahan siapa, coba?

Aku sudah meminta dibuatkan Surat Permohonan Pasang Baru PLN sejak sekitar tanggal 25 Mei 2010 dimana surat tersebut AKHIRNYA dibuat tanggal 18 Juni 2010. Apa yang membuat kagum diriku? Surat tersebut tidak diverifikasi lagi dan ternyata oleh mitra kami yang membuat surat tersebut alamat lokasi tercatat di daerah tingkat II yang berbeda!

WTF?

Bayangkan tadi kagetnya aku ketika ditelepon instalatir yang menyebutkan meminta rekening koran terdekat pelanggan PLN pada hari ini tanggal 5 Juli 2010 dan menyebutkan alamat lokasi yang bukan hanya berbeda kampung tetapi malah berbeda kabupaten! Sebulan lebih tak ada kemajuan dan ternyata cuma ada kesalahan yang berarti mengulang dari nol lagi! Dari NOL!

Artinya dalam kondisi normal butuh sekitar 21 hari untuk pasang baru maka timer itu baru bisa dimulai jalannya pada hari Kamis, 7 Juli 2010 nanti karena menunggu rekening koran terdekat. Itupun tentu saja bila langsung dipasang. Kalau masih menunggu survey dan penawaran artinya masih sebulan lagi baru ada harapan listrik nyala.

And somehow, I know I will get blame for it.

Rabu, Juni 23, 2010

Waktu Lembur Lagi

Malam ini aku lembur lagi sehingga melewatkan dua partai hidup dan mati antara Amerika vs Aljazair dan Slovenia vs Inggris. Ternyata hasil akhirnya adalah 1-0 dan 0-1 yang berarti Amerika dan Inggris sama-sama lolos ke babak berikutnya. Sebentar lagi pekerjaan yang bisa kulakukan akan selesai. Besok pagi ada jadwal weekly meeting di daerah Tebet. Laporan yang sedang kukerjakan ini tanda-tandanya akan bertambah isinya. Semua karena si oknum yang menurut pendapat pribadiku masih kurang memenuhi kualifikasi teknis untuk melaksanakan pekerjaan ini tetapi sayangnya tetap "diminta" melaksanakan pekerjaan itu.

Jadilah aku termasuk orang yang kena imbas dari pekerjaan yang kurang memadai ini. Mau mengeluh? Percuma. Tak ada seorangpun yang (sepertinya) mau mendengarkanku.

Lebih baik go back to work to finish these reports so that I can catch some sleep.

Jumat, Juni 18, 2010

Aku Berhak Tidak

Untuk marah, kesal, dan lain sebagainya?

Maksudku hari ini demi mengejar target pekerjaan maka aku harus turun sendiri ke workshop memastikan pembagian tim dan barang sudah sesuai. Padahal aku masih harus mencari Berita Acara Serah Terima beberapa proyek yang rasanya sudah berlalu setahun sampai dua tahun yang lalu. Tanpa salinan BAST ini maka tagihan kantor tidak akan dibayar.

Aku juga masih harus mempelajari draft dokumen SITAC dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk si oknum itu agar dia tidak ada alasan mengelak tidak tahu dokumen. Maklum saja si dodol itu padahal sudah dijelaskan lisan dan menyatakan mengerti tetapi ternyata baca isi dokumen dua paragraf saja seperti tidak mengerti. Padahal aku harus mempersiapkan diri berangkat ke suatu daerah di bagian selatan Jawa.

Aku juga harus mengumpulkan dokumentasi pekerjaan kolokasi padahal aku bukanlah Project Admin tetapi tak ada orang lain di sini yang bisa melakukannya kecuali aku dan atasanku -- tentu saja atasanku menyuruh aku memastikan semuanya berjalan lancar yang berarti aku terpaksa mengerjakannya sendiri.

Tidak mengerjakan sama sekali maka semua makin menumpuk dan pada akhirnya somehow it will be all my fault no matter what.

Craptastic!

Kamis, Juni 17, 2010

Telat Menyadari?

Kadang kita sebagai karyawan biasa bisa menyadarkan atasan setelah melakukan tindakan tertentu misalnya dengan menyatakan keinginan kita untuk penghargaan dan apresiasi yang lebih baik atau kehendak untuk mencari pekerjaan yang berbeda daripada yang kita jalankan sekarang.

Kemungkinan kesadaran atasan ini muncul setelah menyadari bahwa bawahannya tersebut punya nilai lebih dan besar kontribusinya dalam operasional perusahaan. Hanya saja kemungkinan perubahan sikap tidak akan bertahan lama, setidaknya itulah yang aku curigai mungkin akan terjadi pada atasanku. Sekarang dia terlihat begitu (berusaha) komunikatif dan akomodatif.

But frankly, it's all too late.

Aku memutuskan untuk mulai mencari tantangan baru di tempat lain.

Kesulitannya adalah membagi sumberdaya yang kumiliki yang pada dasarnya sangat terbatas.

Biarlah atasanku telat menyadarinya dan biarlah kucoba sebaik mungkin menjaga performance tetapi di ujungnya nanti bila saatnya tiba, it'll be bye bye.

Minggu, Juni 06, 2010

Mencatatkan Pernikahan di Catatan Sipil

Langkah yang harus ditempuh untuk mencatatkan pernikahan di catatan sipil:

1. Surat Keterangan Perjaka / Gadis
Lebih dikenal sebagai N1-N4. Cara mendapatkannya dimulai dari menghadap kepada Ketua RT setempat meminta surat pengantar untuk menikah dengan membawa Kartu Keluarga asli dan Kartu Tanda Penduduk. Surat Pengantar yang ditandatangani dan distempel Ketua RT lalu ditandatangani dan distempel juga oleh Ketua RW. Kemudian surat tersebut dibawa ke kantor kelurahan dan kecamatan.

2. Surat Pelengkap
Dalam bentuk fotokopi, yang perlu disiapkan adalah:
a. Akta Kelahiran
b. Kartu Tanda Penduduk
c. Kartu Keluarga
d. Surat Baptis
e. Surat WNI Orang Tua
f. Surat Ganti Nama Orang Tua
g. Surat Kawin Orang Tua
h. Pas foto hitam putih 4x6 cm sebanyak 5 lembar

3. Akta Pemisahan Harta
Jika memiliki akta ini maka harus dibawa pada saat penandatanganan oleh petugas pencatatan sipil.

Jangan lupa siapkan dua oran gsebagai saksi waktu penandatanganan surat nikah. Satu dari pihak laki-laki dan satu lagi dari pihak perempuan. Jangan lupa bahwa mereka harus membawa KTP.

(dari Tangsel Raya Edisi 032 / Mei 2010)

Senin, Mei 31, 2010

Si Satpam Yang Keren

(aslinya diterbitkan di internet tanggal 14-05-2008 setelah menonton film Iron Man)

====

Seseorang menyarankanku untuk menonton IRON MAN dan menunggu sampai credit title selesai untuk mendapatkan sebuah surprise alias teaser.

Jadinya kemaren aku benar-benar tunggu sampai credit title yang panjang itu selesai ditayangkan.

adegan menunjukkan saat Tony Stark masuk ke dalam rumah dan menyapa Jarvis. Tony agak ragu karena suara Jarvis yang tidak seperti biasanya. Ternyata ada sesosok pria menunggu di dalam kegelapan menunggu kedatangan Tony Stark.

Tidak penting apa yang mereka bicarakan dalam beberapa detik itu. yang lebih menarik adalah seorang satpam XXI mendatangi tempatku duduk di barisan paling depan lalu berbicara:

"Nanti ada Samuel Jackson datang."

"Huh?" aku heran karena saat itu baru adegan Tony masuk ke dalam rumah.

"Ya. Film ini bersambung ke Jumper."

Aku menoleh heran ke arah si satpam. Jumper? Film yang menampilkan orang-orang berkemampuan meloncat (jump) dari satu lokasi ke lokasi lainnya hanya dengan berkonsentrasi?

"Oh ya, Jumper itu gantung banget akhirnya. Pastinya ada lanjutannya." kataku sok pasti.

Lalu saat sosok dalam kegelapan itu bergerak maju, kelihatanlah bahwa dia adalah Samuel L. Jackson yang memakai eyepatch.

OMG. Ternyata maksud si satpam adalah Samuel L. Jackson sebagai pemimpin Paladin yang memiliki misi membunuhi para peloncat ruang di film Jumper! Apakah si satpam berpikir akan terjadi crossover di mana iron man akan menjadi pemburu para jumper?

Entahlah.

Dengan sopan aku permisi ke si satpam ketika film sudah benar-benar selesai.

Iron Man memburu Jumpers? *grin*

Kita Tak Bisa Percaya

(aslinya diterbitkan di belantara internet pada tanggal 27-04-2007 setelah melihat iklan properti di media cetak yang muncul beberapa hari berturut-turut)

===

Sebagai masyarakat biasa - juga sebagai calon konsumen - sudah sewajarnya kita waspada dan mencermati apa saja informasi yang dijejalkan sehari-hari. Klaim yang disebutkan untuk menyatakan keunggulan produk sudah sepantasnya ditelaah sebelum diterima sebagai kebenaran.

Kadang kita mungkin malah harus mengabaikan informasi yang kurang jelas atau menutup-nutupi realita.

Mungkin contoh yang dapat diberikan adalah tentang produk properti seperti yang terpasang sebagai iklan pada sebuah harian nasional dua minggu berurutan, yang tagline-nya "centralize your life…" dan "stay healthy whealthy & dynamic".

Masalahnya adalah lokasi properti itu di daerah Thamrin, Jakarta Pusat. Sebagai informasi tambahan, ruas jalan Thamrin dan Sudirman adalah area dengan kualitas udara terburuk di Jakarta.

Dan Jakarta adalah salah satu kota dengan kualitas udara terburuk di dunia!

Tanpa bermaksud menjelek-jelekkan produk properti tersebut, bagaimana mungkin bisa hidup sehat bila udara yang dihirup sehari-hari saja sudah buruk? Harian nasional yang sama beberapa waktu yang lalu pernah memasang foto yang diambil dari sebuah gedung tinggi di Jalan Thamrin yang tertutup kabut asap putih sehingga jarak pandang ke daerah sekeliling amat terbatas.

Atau apakah mereka (pengelola gedung) telah berhasil mengimplementasikan sistem penyaring udara yang canggih sehingga udara dalam bangunan berkualitas lebih baik daripada udara di luar?

Bila memang begitu, aku ingin tahu, sistem seperti apakah itu?

Lalu, seingatku konsep unggulan mereka adalah bahwa para penghuni yang tinggal di situ dapat pergi ke kantor "dengan berjalan kaki sehingga lebih sehat"!

Memang target konsumen mereka adalah profesional yang bekerja di sekitaran Thamrin.

Tetapi - berhubung manusia tidak bisa berhenti bernapas - bagaimana mungkin bisa sehat kalau udara sehari-hari yang dihirup tidak sehat?

Aku saja berdiri di tepi jalan Thamrin selama sekitar 15 menit merasa napas berat dan tidak merasa nyaman. Lalu bagaimana rasanya bila terus-menerus "menikmati" udara yang seperti itu sepanjang hari dan sepanjang malam?

Aku hanya ingin mempertanyakan dasar klaim iklan saja kok!

Use your brain, not just your heart.

Large Hadron Collider Pop-Up Book!!!

First and foremost, maybe I am a geek. Or nerd.



When I stumbled upon an article about this pop-up book, my eyes went wide and how my heart REALLY want somehow to be able to help my hands get a hold on a copy of this book!

Such a creative way to inform other people about the Large Hadron Collider and since it's scale are correct, (maybe) you could imagine seeing one.

Ooooh... I want one of this.

Rabu, Mei 26, 2010

trust in you

(previously published somewhere in the internet on 24-09-2008)

Here is to another frustration-heavy holiday season!

As always been in these previous four years, again and again it felt like Matthews is taking most of the crap a company can produce and empeloyees threw at.

Why in Hell it seemed that everytime a vacation time loom, people tend to dismiss responsibilities altogether? It was just, “Hey, tomorrow is holiday. Screw this assignment!” and just drop everything and start sitting around just talking and laughing and be merry?

No, I overexaggerated it.

But as some collagues are tune in into holiday, all the assignment are being dumped on me.

I mean, as soon as people saw a slack (or rescheduled) deadline, they stop working because, “It’s not even due soon, anyway.” Or, “We’ll work it out after vacation.” Which in reality some of it’d probably went my way to make things work; made some finesse changes and alteration; and took larger responsibilities.

I had to leave my own work to supervise some R&D work and now it’s clear to me that even when I went away for the same holiday season, it’d be guilt-ridden because all the unfinished tasks just playing shadows in the back corners of my mind.

Even when I worked overtime, those tasks still refuse to see an end. I had to review and re-review it again with my boss because the volume are all translated into money. And in business, money is crucial. Hey, my position is crucial for the company but the position came with the burden of taking responsibilities about the progress and continuation of almost all our operation in Indonesia.

That’s sucks.

But I guess that’s just me. A semi-antisocial guy with a twisted sense of humor.

Anthem Untuk Jakarta

"ke Jakarta, ku akan kembaliii......"
demikian lirik sebuah lagu yang populer oleh sebuah grup band yang juga populer pada tahun '60-an (kalau penulis tidak salah ingat)

tetapi sekitar 20 tahun kemudian,
"siapa suruh datang Jakarta, siapa suruh datang Jakarta..."
adalah penggalan lirik lagu yang populer setelah banyak cerita sedih seputar nasib para perantau yang mengadu nasib datang ke Jakarta.

sekarang, tahun 2000-an, apa lagi?

rasanya, di tahun 200-an ini, Jakarta membutuhkan anthem (lagu kebangsaan) baru. lagu yang dapat menggambarkan kondisi ibukota negara kita ini. mungkin single "Membakar Jakarta" dari grup band Seringai? sayangnya hal ini tidak mungkin terjadi karena - jujur saja - ada berapa banyak dari Anda para pembaca budiman, yang pernah mendengar (dan menghapal lirik) lagu tersebut???

rasanya Anda para pembaca - terutama yang berdomisili di Jakarta - perlu mencari, menetapkan, dan mempopulerkan sebuah anthem baru untuk kota Jakarta.

[sebelum itu semua, mungkin anthem untuk Jakarta adalah lagu "Ondel-Ondel" atau "Jali-Jali"???]

BACA, TERTAWAKAN, tetapi TETAP SEBARLUASKAN!
untuk Indonesia (dan Jakarta) yang lebih baik!



(originally published somewhere in the internet on 15-02-2006)

tattooed women, bad?

(originally published somewhere in the internet on 20-02-2006)

===

yesterday, a friend of mine, what would i think if she get a tattoo.

she just want to express herself more and the best way it seems is to get a tattoo. her concern is that it might just get in the way when she applied for a job after graduated. i told her that i think the only way it'd be an issue if she did apply for PNS or banking institution - or any position where your appearance really matter.

if you're healthy, tattoo can't make you failed on health test/medical check-up. i also told her to sport a temporary tattoo first, to put it right where she want her permanent one, and get the feeling of having a tattoo, for a permanent tattoo is just gonna stick forever to her skin.

she also asked, "what would you guys be thinking of a woman like me had tattooes?"

i told her, "personally, i think it is sexy, it's sensual, it's hot! as long as the tattoo suit her and she is comfortable with them.

"what about the stereotyping of tattoed person = bad person. it worse if it's a woman?"

"well, if you're more interested in what other people might think, then you better not get one. if you feel you can go on ignoring other people's opinion, then go get one!"

now, you, dear reader, after reading this, you know where i stand on this matter. i just asked you for your opinion, are tattoed women equal bad girls?

let me know, please.

Smoking Women, Banned?

(originally published somewhere on the internet on 14-01-2006)


just curious: why is that some people - including some that i have personally known - dislikessmoking women? i mean, to them (and probably you too), think that it is inappropriate for women to smoke, but think otherwise for men. is it okay - and normal - for men to smoke because they are men? is it wrong for women because women shouldn't be smoking in the first place? i had started some never ending debates over this issue and the reason why they were unfinished because both parts kept to their own POV.

that's what i am trying to start right now. i think i am not a feminist, but the idea that women should and shouldn't do something just because they're females just a little bit absurd, since a child can not decide what sex he/she born with (that's why we got transsexual now) and rights shouldn't be limited to some factors that you can't really control (sex, skin color, place of birth, etc.).

i have to admit, i am not a smoker and sometimes i just can not tolerate the billowing smoke. that's why in the past times i just left the room abruptly. so maybe you can say i am biased. when i was a child, my father is a smoker. but he quit for reasons i still haven't found out. of course i stole some cigarette he owned, just out of curiousity, to feel what is it like to be smoking. i lighted the cigarette, try it, then coughed because the smoke stung my senses. i threw it away while my so-called friends laughed at me. i do not left them though. i sat with them watching they consume rest of my thieving goods. yes, afterward there are peer pressure too, but maybe the pressure is not enough to "break" me.

all in all, this is all about option and just to think that there are other people out there that think you SHOULD or SHOULDN't do something because it is inappropirate based on some weak reasons makes me wondering...

cont'd

Cita-Citaku

(originally posted somewhere on the internet on 31-10-2005)


cita-citaku, ingin menjadi polwan, tapi sayang aku seorang lelaki

- "cita-citaku" by the panasdalam



waktu kecil, aku pernah ingin menjadi seorang "supir tank". aku tak mau jadi tentara, aku mau jadi "supir tank". tentu gagah sekali membawa kendaraan sebesar itu, dengan meriamnya yang mampu menghancurkan lawan.

itu sebelum aku menonton serial CHIP's.

setelah itu aku ingin menjadi seperti eric estrada, mutar-mutar kota naik moge, dengan helm, kacamata hitam, dan sepatu boot kulit. bunyikan sirene dan nyalakan lampu strobo. gagah!

itu sebelum aku menonton Goggle V.

setelah itu aku ingin menjadi goggle merah, memimpin teman-teman membasmi kejahatan. menaiki robot raksasa dan bertarung melawan monster.

lalu menyusul pula kamen rider black, gaban, sharivan, megaloman, dan zabogar,dan lionman. semuanya keren. saat itu terjadi krisis identitasku yang pertama. mau jadi apa aku nanti?

tapi, di atas itu semua, aku hanya mau jadi ULTRA-MAN. datang ke bumi dari planet Ultra, menolong Jepang dari kehancuran yang diakibatkan oleh monster! tapi sayangnya aku tak akan bisa bertahan lama dalam wujud ultra,karena pengaruh kosmik bumi yang berbeda dibanding dengan di rumah.


kemudian aku menonton serial "the incredible hulk" sehingga aku memutuskan: SCIENCE IS THE ANSWER! setelah risetku berhasil dan aku berhasil menemukan cara untuk menjadi manusia super, aku akan bertualang untuk menegakkan keadilan versiku sendiri dan untuk menolong orang-orang. tentunya dengan imbalan tertentu. toh riset dan percobaan membutuhkan biaya.

tetapi kemudian aku menonton MTV Headbanger's Ball. dan hey! rasanya keren bisa bermain gitar, menggebuk drum, berteriak-teriak di mic di hadapan puluhan ribu fans yang berteriak, meloncah, mosh, headbanging bersama. sungguh suatu pemice adrenalin yang luar biasa!

lalu aku membaca All That Remains karya Patricia D. Cornwell. kuputuskan, aku akan menjadi seorang ahli forensik yang gigih membongkar kejahatan dengan cara membedah mayat. tentunya dengan cara-cara yang ilmiah pula. once more, science attracted me. ternyata aku bertemu dengan guru biologi di smu yang dengan sukses menghilangkan keinginanku untuk itu. apalagi aku harus mengambil kedokteran, ikatan dinas, sebelum bisa ambil spesialisasi forensik.

terjadilah krisis tahap 2. mau jadi apa aku ini???

aku pernah ingin menjadi perampok bank. lengkap dengan aksi tembak-tembakan dan meloloskan diri dengan mengebut dan taktik pengecohan yang brilian. bukan seperti si dalton bersaudara dalam komik lucky luke.

aku pernah ingin menjadi professional surfer/waverider. main ke pantai setiap hari, mengendarai ombak. berjemur di pantai. berpesta dengan gadis-gadis cantik berbikini. what a dream!

aku juga pernah ingin menjadi penulis. cerita fantasy seperti Piers Athony (thanks to Adeline for introducing me to him), atau science fiction seperti Michael Crichton, atau sang pelopor: Jules Verne!

mengasyikkan untuk bisa menulis sesuatu yang akan menggugah seseorang.

tapi sekarang, tak satu pun cita-cita dan keinginan itu yang kesampaian. menyedihkan? tidak juga. aku memutuskan untuk menjalani hidup apa adanya. at least, pekerjaanku sekarang masih mengandung unsur-unsur pendukung dari beberapa cita-citaku.

jadi, kecuali soal gaji dan jam kerja, i have no complaints!

Going Home for Christmas

(originally posted somewhere on the internet on 31-10-2005)

Today, my boss' wife asked me whether or not I'm going home for this year's Christmas. I told her that I doubt it. Then she asked me why and I replied that's because "going home" is not a high;y-anticipated opportunity in my uneventful life.

But it does spark something in my head. Since I left home after graduating from high school, I've been celebrating Christmas only twice with my family. That was on 2000 and 2001. Other times, I was in Bandung, West Java, and Pontianak, West Borneo.

I did miss something from the usual family reunion. That's the ritual of going together to the church and helping in the kitchen. Actually, I am not a help at all, being a nuisance when I was a kid. Everytime a new batch of cookies out of the oven, it'd be me and/or my brother's task of tasting them.

But now, the term: "Going Home for Christmas" is just like any other sentence. I haven't come home for such a long time that I forget how and what it was like. I don't see a need for coming home, to meet my parents and sisters. I don't see the importance of "mudik" that my other fellow Indonesian do at this time of the year.

What's so great with coming home and meet up with your family and friends? How come most people feel the urge - so great thet they'd do almost anything to reach HOME - to go "mudik" while there are some people that won't be able to do it at all?

Pontianak, 18 September 2005

(originally published on 18-09-2005 somewhere on the internet)

Hari Minggu, 18 September 2005, kota Pontianak. Sebenarnya tak ada yang istimewa. Kecuali pada saat aku keluar mau makan siang, jalanan terasa sepi padahal dari itu hari libur. Banyak toko yang tutup pula. Ini tidak normal, pikirku.

Kemudian aku ingat, hari ini hari baik! Alasannya sebagai berikut:

1. Hari Minggu = hari libur

2. Tanggal 18 September 2005 menurut kalender bulan adalah malam bulan purnama, which brings good things.

3. 18 September = 18 bulan 9 = 1 + 8 + 9 = 18 = 1 + 8 = 9! which is good too..

Itu sebabnya jalan sepi, toko pada tutup, warnet juga sepi! Hore! Yang rame itu gedung-gedung yang disewa untuk acara resespsi pernikahan, maupun beberapa rumah yang dipakai buat pesta pernikahan. Pokoknya banyak deh yang menikah pada hari itu...

Malam harinya jalanan mulai ramai. Terutama SPBU/pom bensin. Beberapa SPBU memang sejak Sabtu malam telah memasang tanda "bensin habis". Akibatnya orang terpaksa membeli bensin eceran yang banyak di tepi-tepi jalan. Begitu stok BBM ada di SPBU resmi, berdatanganlah para pemilik kendaraan. Termasuk aku.

Dalam setengah jam, antrian mobil dan motor telah mencapai hampir 1 kilometer! Padahal mobil ada dua baris dan motor juga dua baris antrian. Jadi jumlahnya perkirakan saja sendiri!

Polisi segera datang untuk mengatur barisan antrian demi mencegah keributan dan mengatur lalu lintas karena sudah macet pada ruas jalan itu.

Untunglah aku lewat ketika SPBU baru mulai operasi sehingga antrian di depanku cuma sekitar 20-an meter saja.

Buat teman-teman yang belum pernah merasakan antrian untuk mengisi BBM (misalnya di Bandung dan Jakarta), mungkin tak bisa membayangkan kondisi seperti ini yang bisa terjadi paling tidak seminggu sekali.

wayfarer's journey

(originally published 23-04-2005 somewhere on the net)

DAMN…

have you ever imagined, to travel for 6 hours on a leaking-while-it-rains bus and still in the same province? it stretch for more than 250 km, about a quarter of it was a thank-God-there-is still-a-road-exist-here, plus another hour (at least) just to reach a resting place that you usually use while in town? not that it was far, but the damn bus take a very slow motion trip just to cover 30 km.

i’m not being ungrateful.
hey, at least i still got a job, a career, and get paid to travel and see places.
what? pictures? well, i get a hold on a digital camera but there was little possibilities that i will be able to upload some of the pictures i have already taken.
why? well, it’s because the damn internet cafe here only support 3 1/2" disks and not flash-disks.

but for me, this borneo is already losing its charm. still there is a lake that holds all the wildlife of the entire borneo. but that is located far north. i won’t be travelling that way this year anyway. the mistycism that envelopes the dayaks has wear off. the most interesting thing now is where and how can i get one of those tribal tattoo?

sh*t!!!

now i sound like a complete wuss. i hate it when i doin’ this. but you’re the blog, why shouldn’t i spill it all out for you? not all of my writings will be like this one. it’s just because sometime i feels like ny journey here is about to end. if i had decided that i’m fed up with all of this, i’d bail out.
that’s it.


p.s.:

my travel gear:
1. nordwand 45L from eiger
2. ericsson r250s pro and siemens m55
3. reebok sneakers
4. safety goggles
5. sponsored cap, lindores cranes and rigging, already worn out
6. krisbow multi-use tools

Does The Little Girl...

Does the little girl know that most of other people walk differently from her?

Does she realize that her limp might limit her options in the future?

Does her gait, in the future, will affect her personality?

Does she know that she looks so cute in her dress, her smile so sweet,
her eyes brightly shines, her expression so innocent, but it was the
way she walks that first caught my attention?

I hope the world would be nice to her and her parents provide her
adequately to be able to grow up as an independent, mature, yet as
cheerful as the way I see her just now.

Senin, Mei 24, 2010

cari bantuan!

aku sedang mencoba mencari peluang dan kesempatan lain, baru, dan mungkin lebih menarik dibandingkan dengan yang sekarang tetapi menjelajahi laman-laman pencarian kerja membuatku merasa tertekan dan putus asa.

aku merasa terlalu tua. atau terlalu bodoh. atau tidak memenuhi kualifikasi. atau pikiran lainnya yang menjatuhkan diri sendiri. aku seperti menyabotase kesempatanku sendiri. aku seperti ingin bebas tetapi sebagian dari pikiranku mengganggu usaha-usaha yang kulakukan untuk mendapatkan kebebasan yang kuidam-idamkan itu.

ini sungguh membuat kesal diriku sendiri.

seharusnya aku tetap semangat, fokus pada pekerjaan, tetapi meluangkan waktu untuk mencari celah peluang dan kesempatan yang "katanya" ada banyak di luar sana. tak mungkin aku mengharapkan ada orang yang datang mengulurkan tangannya kepadaku lalu mengajakku pergi menyongsong hidup yang lebih baik. hanya aku yang bisa mengubah nasibku sendiri.

tetapi aku merasa bahwa bila sendirian terasa sangat sulit, maka ada satu hal lain yang bisa aku lakukan: aku harus mencari bantuan!

Laporan Kesehatan Hari Ini

yeah memang judulnya saja tidak menarik tetapi seperti itu jugalah yang kurasakan hari ini. merasa tidak sehat karena sudah masuk seminggu kena radang tenggorokan. bahkan hal ini sampai membuatku sulit berpikir dan konsentrasi. berniat membaca dokumen teknis, huruf-hurufnya berenang ke sana kemari. gambar diagram jadi seperti coretan dinding gua manusia purba. tak perlu mesin waktu untuk mengalami masa prasejarah manusia.

atau mari kita bahas: apa sih manusia? di tahapan mana kita mengenal dan mengakui awal dari manusia? dari homo sapien pertama? dari homo erectus? dari spesies mana?

maksudku, coba bayangkan, rata-rata kita hidup cuma selama 60 tahun, apa bisa membayangkan seperti apa manusia 6000 tahun yang lalu hidup? atau apakah sudah bisa disebut "manusia" mahluk mamalia yang berjalan dengan dua kaki itu dalam enam milenia yang lalu?

terlalu banyak pertanyaan berseliweran di dalam otak mungkin sebagai akibat dari pengaruh obat yang kuminum. atau bisa saja akibat kondisi fisikku yang belum sehat benar.

sudah cukup menulis, saatnya beristirahat memejamkan mata dan menenangkan pikiran.

Sabtu, Mei 22, 2010

ScribeFire-ing Again

ini kedua kalinya aku membuat post menggunakan (apa ini istilahnya di google chrome? extension?) scribefire dan masih banyak fitur yang harus dicoba kompabilitasnya dengan OS dan hardware yang kugunakan. misalnya memasukkan foto dan atau gambar dan membuat tag / categories yang sesuai dengan yang telah ada di posting-anku sebelumnya.

seperti tadi baru saja membuat account di ovimail milik nokia lalu sync dengan beberapa handset yang kumiliki tetapi anehnya tak bisa double sync-ing which is troublesome because there could be time that i have to do the sync-ing on the go and not finding enough time to do them consecutively.

talking about comic books, baru saja hari ini selesai Y-The Last Man dan merasa depresi lagi. membaca Batman: The Long Halloween tidak membantu meningkatkan mood. sungguh akan menjadi weekend yang menjengkelkan mengingat ada banyak acara yang terlewatkan olehku yang sedang berlangsung di luar sana.

lalu baru ingat masih ada beberapa pekerjaan yang menungguku dan membuatku tidur tidak nyenyak. well, off to work we go.

Jumat, Mei 21, 2010

scribefire for google chrome

ini posting pertama menggunakan scribefire untuk google chrome. tampilannya bersih dan sepertinya lebih sederhana daripada scribefire yang terakhir kugunakan untuk mozilla firefox. semoga untuk selanjutnya akan semakin sering digunakan -- dalam artian semakin banyak posting blog yang kulakukan!

Sabtu, Mei 15, 2010

Di Kilometer Terakhir

Saat sedang berjalan menempuh kehidupan, di atas dua roda, lalu tersadar bahwa kau sudah mencapai Kilometer Terakhirmu, apa yang akan kau lakukan?



Entahlah. Aku belum sampai di sana.

Rabu, Mei 12, 2010

Do Androids Dream of Electric Sheep?

Seandainya aku bisa menggambar...



Atau menulis cerita sekeren tulisan Philip K. Dick yang ini. Mengagumkan.

12 Mei 2010

Sekarang hari Rabu, 12 Mei 2010, sedang berada di sebuah kota di Jawa Barat. Hari ini harus melakukan perjalanan lagi, beberapa ratus kilometer saja. Tidak terlalu melelahkan, mungkin.

Tetapi aku teringat berbagai macam peristiwa dua belas tahun yang lalu yang mengubah Indonesia. Demonstrasi di daerah-daerah sampai berujung ke kerusuhan di Jakarta dan kemudian pergantian presiden.

Sekarang sudah dua belas tahun dan tidak terasa pemimpin yang sekarang seperti meniru beberapa pola yang dipakai pemimpin yang mengundurkan diri pada masa itu: misalnya menempatkan anggota keluarga di legislatif; merapat ke Partai Golkar; lebih peduli pencitraan dibanding menjalankan pemerintahan yang bersih; dan beberapa hal lainnya.

Dua belas tahun yang lalu saat masih bersekolah, aku ikut turun ke jalan bersama banyak teman. Sekarang, aku turun ke jalan karena dituntut oleh pekerjaan. Dulu aku menuntut Indonesia yang lebih baik. Sekarang aku hanya memikirkan mendapatkan uang untuk bertahan hidup.

Idealism, meet reality.

Dua belas tahun sejak tahun penuh peristiwa, 1998 itu, aku sadar bahwa jalan Indonesia untuk menjadi lebih baik masih panjang dan masih membutuhkan waktu yang lama. Aku sadar, mungkin pemimpin yang sekarang memiliki agenda tersendiri yang tidak terlalu berkaitan dengan ke-Indonesia-an yang dicita-citakan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945.

Kedengarannya pesimis? Memang. Tapi bukan berarti hilang harapan.

Minggu, Mei 09, 2010

Kadang Kau Tak Bisa Melaluinya Sendirian

Tadi malam saat pulang ke homebase, menyetir sendirian, Larasati Silalahi memutarkan sebuah lagu permintaan pendengar radionya. Sebenarnya yang diminta adalah Elevation dari U2 tetapi Larasati memilih memainkan lagu yang lebih downbeat dan memutarkan salah satu singel U2 yang sangat menyentuh perasaanku.

Uhuk, uhuk. Maaf kalau jadi curcol.

Lalu mulailah intro dari lagu itu dan kemudian suara Bono mengalun keluar dari speaker mobil, mengalun, memohon, mengingatkan. Aku melambatkan laju kendaraan dan pindah ke lajur tengah. Kukeraskan volume suara agar tak lagi kudengar suara deru mesin mobil maupun kendaraan lain yang mulai satu per satu melewatiku.

“Sometimes, you just can’t make it on your own,” katanya.

Aku terharu.

Aku sadar selama beberapa waktu terakhir ini aku selalu berusaha keras menjalani tiap tantangan dan mengatasi setiap persoalan yang muncul sendirian. Aku menyimpan banyak hal di dalam hati yang tak kusampaikan bahkan kepada orang-orang terdekatku. Tapi Bono mengingatkanku: kadangkala muncul persoalan tak mungkin bisa kita atasi sendirian saja.

Aku jadi sedih. Bahkan kepada Sang Pencipta saja aku menyembunyikan isi hatiku. Aku memilih hanya mengucapkan doa pendek sekedarnya dan jarang meminta lainnya. Pada saat beban terasa berat barulah aku berdoa yang karena sangat jarang kulakukan, bahkan doaku singkat pendek kering tanpa kejelasan. Terlalu jarang kulakukan sampai aku lupa berdoa. Menyedihkan.

“Sometimes, you just can’t make it on your own,” katanya.

Aku tak mempercayai membagikan bebanku pada orang-orang terdekat. Aku tak mau membagikan bebanku pada Tuhan. Padahal dari dulu aku tahu kalau tak kepada Tuhan dan diwujudkan melalui sesama manusia yang berada di lingkup terdekat, kepada siapa lagi kita meminta pertolongan dalam kesulitan hidup?

Aku mencoba kuat sendirian tapi yang ada hanyalah aku merasa lelah dan semakin rapuh. Aku lupa bahwa ada hal-hal yang tak mampu ditanggung sendirian.

“Sometimes, you just can’t make it on your own,” kata Bono.

Kau benar, Om. I can’t. And I need help, fast. So help me, God.

Rabu, Mei 05, 2010

Tak Mau

Kadang aku bingung menghadapi beberapa orang tertentu:

Kenapa menunjukkan "perhatian" adalah dengan hanya mendengarkan diri sendiri? Bagaimana mungkin bisa aku mengerti bahwa ada "perhatian" yang memadai bila orang tersebut hanya mau mendengarkan ucapannya sendiri -- baik yang ada di hati dan ada di kepala?

Maksudku, pada saat menunjukkan "perhatian" adalah dengan "memaksa" aku untuk berbicara meskipun jelas-jelas sudah kukatakan "Tidak," pada awalnya lalu melunak menjadi "Bicarakan besok saja," namun tetap tidak mau didengar, apalagi artinya itu?

Rasa "peduli" kah? Bentuk "perhatian" kah? Atau hanya kehendak hati yang mau menang sendiri?

Apakah orang benar-benar peduli dan perhatian atau bisa jadi adalah manifestasi dari keinginan diikuti, didengarkan, dan dipatuhi?

Mungkinkah orang benar-benar kuatir ketika "memaksa" seseorang untuk berbicara di luar kehendak? Aku tak mengerti dan kurasa tak kutemukan penjelasan kenapa harus SEKARANG dan tidak bisa ditunda hingga esok hari kalau memang peduli?

Kalau kata-kataku tak mau didengarkan, mengapa pula aku harus mau mendengarkan kata-katamu?

Selasa, April 20, 2010

Ngumpulin Duit Dulu Untuk…

Aku ingin nantinya bisa punya: SB-400 lalu juga tripod dan ball-head-nya sekalian. Total sekitar di bawah Rp. 4 juta. Tentu saja speedlight-nya lebih dulu. Aku ingin bisa memakai lampu kilat yang bisa i-TTL alias CLS dan kecil, ringan, murah.

Sepertinya barang yang satu itulah yang masih sesuai dengan kemampuan akuisisiku dalam beberapa bulan ke depan. Yah, biar lebih semangat, mari kita menabung!

Senin, April 19, 2010

Pendapat Pribadi Saja

di komunitas ini kami tidak membicarakan ataupun mempertontonkan kekayaan kami. tidak juga mencela kesenioritas dan kejunioran kami. panggilan om semata hanya etika bersopan santun. tujuan kami hanya bergelak tawa dan berkarya dalam photography. mungkin anda harus pikirkan lagi bung; "cocokkah anda disini..?"

seperti itulah status seorang teman komunitasku di halaman profilnya pada sebuah situs jejaring sosial yang baru saja kulihat beberapa jam yang lalu.

sudah ada banyak yang meresponnya dan kebanyakan menyatakan sependapat dengan beliau.

bagiku hal itu mengena karena seperti itulah yang kurasakan di dalam komunitas yang ini. yang kami cari adalah kesenangan dan tawa, bukan membandingkan siapa punya lensa terbesar dan terpanjang yang bagaikan membanding-bandingkan siapa yang memiliki phallus yang paling besar. mungkin itulah yang juga menyebabkan ada banyak komunitas yang pernah kucoba masuki tapi merasa tak begitu nyaman di dalamnya. bukan bermaksud menjelek-jelekkan komunitas lainnya tetapi apa gunanya ikut dalam kelompok yang esensinya hanya membandingkan siapa yang memiliki materi lebih banyak. persaingan seperti itu tak ada habisnya dan hanya membikin lelah hati dan pikiran memikirkan cara menyaingi teman sekomunitas yang muncul dengan gear/gadget yang lebih mutakhir…

tetapi terserahlah, toh ada orang-orang yang mau bersaing dalam hal seperti itu dalam teman sekomunitasnya. tujuan hidup orang kan berbeda-beda. tak sama pula cara mencapai kepuasan tiap orang.

kalau ditanya kenapa aku kangen kumpul dalam komunitas ini walaupun sepertinya kemampuan fotografiku begitu-begitu saja? ya itu, kami tak bersaing peralatan, hanya bersaing dan berbagi ilmu sambil tertawa tanpa perlu membedakan orang yang memakai kamera seratus juta atau lima jutaan.

kapan bisa motret lagi ya? :(

Jumat, April 16, 2010

Sibuk. Sibuk. Sibuk.

Memang bisa dibilang aku ini ungrateful. Setahun lalu saat banyak waktu kosong karena bisa dibilang tidak ada proyek yang berjalan secara kontinu, aku merasa suntuk dan malas. Semi-pengangguran itu membosankan dan membuat stres.

Tetapi pada saat ini, saat aku sibuk dan lebih banyak waktu habis di jalan dan di dalam mobil, lagi-lagi merasa suntuk dan malas. Semuanya karena beban kerja tinggi.

Aneh juga ya?

Saat menganggur, bosan dan menggerutu.

Saat load kerja tinggi, suntuk dan menggerutu.

Jadi bisa dibilang, apapun kondisi dan keadaannya, aku akan selalu menggerutu. Itulah aku.

Jadi sepertinya sekarang aku kan kembali ke pekerjaan yang menuntut perhatian penuh. I’m gonna hit the road again in a few minutes.

Rabu, April 07, 2010

Pemadam Kebakaran Beraksi Lagi

Kali ini aku dibuat terpaksa tertawa getir dan tersenyum pahit di hadapan atasanku sendiri. Kupikir penjelasanku beberapa hari yang lalu didengar dan diperhatikan. Tetapi ternyata (mungkin) seperti atasan lainnya, mereka tidak mau mendengar kata “Tidak bisa,” atau “Tetapi Pak…” atau alasan penghindaran lainnya. Bagi mereka cuma ada satu frase yang berlaku:

HARUS BISA.

Menyebalkan dan mengesalkan tetapi semuanya harus disimpan dalam hati. Maksudku, saat kita berhadapan dengan massa penduduk lokal yang cuma menginginkan uang dan lebih banyak uang, lalu kita diharuskan oleh atasan kita yang berada di tempat nyaman di dalam ruangan berpendingin udara untuk menghadapi semua orang itu, menurutmu siapa yang akan kita ikuti tuntutannya?

Massa yang marah atau atasan yang marah?

Melawan massa di lapangan beresiko babak belur (contoh ekstrem dan hiperbolis). Melawan atasan di kantor beresiko dipecat (sekali lagi contoh ekstrem dan hiperbolis). Keduanya harus dihadapi, tuntutan mereka harus dicarikan titik temunya, ketiga pihak yang terlibat harus sama-sama puas. Oh, koreksi. Massa dan atasanlah yang berhak untuk puas sementara orang-orang seperti kami inilah yang babak belur “memuaskan” keinginan mereka.

Walaupun sudah kujelaskan problemanya tetapi tetap saja diabaikan dan diminta HARUS BISA mengatasi masalah itu tanpa mengeluarkan biaya yang terlalu besar dan tidak boleh sampai mengganggu jalannya proyek. Mengagumkan sekali tingkat kreativitas yang dituntut dari kami ini, dalam hal pemecahan masalah dan pengiritan biaya operasional.

Aku merasa aku akan mengerjakan sekedarnya saja. Berusaha terlalu keras sampai sakit tidak menimbulkan simpati atau rasa iba. Tentu saja aku tak mengharapkan simpati seperti itu. Aku tak sebodoh maupun senaif itu.

Kami diminta memadamkan api dan mencegah kemungkinan kebakaran di lapangan juga meminimalisir potensi anasir oknum provokator pengganggu jalannya proyek di lapangan hanya dengan bermodalkan sedotan untuk mengangkut air dari sumbernya (tak usah ditanya, itu contoh ekstrem dan hiperbolis).

Aku mau marah tetapi tak tahu mesti marah kepada siapa kecuali kepada diri sendiri.

Minggu, Maret 28, 2010

Kembali Lagi Ke Topik Lama

Betapa aku tak menyukai bagian pekerjaan yang ini. Besok ada janji ketemuan dengan seorang wartawan tanpa surat kabar yang kucurigai adalah semacam wartawan amplop yang berniat mempertemukanku dengan seorang kepala desa dan seorang camat di wilayah tempat pekerjaanku kali ini berlangsung.

Memang aku butuh bantuan yang bisa didapat untuk membantu kelancaran pekerjaan apalagi sekarang ini ada provokator yang mempengaruhi – lebih tepatnya memperkeruh – suasana menjadi tidak kondusif. Tetapi tentu saja bantuan yang kudapat bila ternyata memiliki label harga tertentu membuat segalanya menjadi lebih sulit. Maksudku, tentu saja aku terikat pada nilai anggaran tertentu, bahkan bila anggaran itu memasukkan pos pengeluaran darurat yang tak masalah bila tak memiliki tanda terima. Juga bila memberikan kontribusi ke figur-figur tertentu termasuk mereka yang memngenakan seragam ke kantornya masing-masing.

Perlu diingat kalau anggaran membatasi sebesar apa bantuan yang bisa kuusahakan dan seharusnya kumanfaatkan seoptimal mungkin. Inilah yang kadang kurasa menjadi masalah yang membuat hidup tidak tenang. Banyak sekali pihak yang mengejar dan memaksakan sesuatu dan/atau hal lainnya karena semua ingin mendapatkan komisi terlepas dari apakah bantuannya memang diperlukan atau ternyata malah hanya jadi merepotkan saja.

Seperti yang kubilang di atas, bagian seperti ini adalah aspek yang tak kusukai dari pekerjaanku saat ini. Sejak dari lima tahun yang lalu aku sudah nyatakan secara eksplisit kalau aku tak suka dan kalau bisa memilih tentu saja tak akan bersedia membantu aspek pekerjaan ini. Sayangnya pilihan itu tak bisa kulakukan karena itu akan mempersulit jalan rezeki perusahaan.

Bah, seharusnya daripada meracau saat hampir tengah malam seperti ini, sebaiknya aku tidur. Istirahat. Besok adalah hari yang sangaaat panjang.

Senin, Maret 22, 2010

Mungkin Esok Muncul Masalah Baru?

Aku merasa sangat pesimis. Esok itu rencananya adalah aku menemui seorang wakil pemilik lokasi dan menyampaikan kabar kalau semuanya batal. The deal is off. Bukan salahku memang. Tetapi tentu saja sebagai penyampai pesan, bukan tak mungkin segalanya ditimpakan kepadaku. Kenapa?

Gampang. Karena aku ada di depan mata.

Aku tak terlalu mempersoalkan itu. Zaman sekarang tak mungkinlah sampai aku dibacok golok karena itu apalagi ada alasan yang tepat buat diajukan.

Yang jadi masalah adalah sifat alami manusia. Tentu saja dia bukan tidak mungkin berubah menjadi dengki dan iri hati lalu berniat mengacaukan perpindahan lokasi yang MUNGKIN saja terjadi – lagi-lagi tergantung kabar esok. Tetap saja aku harus bersiap-siap menghadapi taktik culas penggagalan pekerjaanku karena atasan di pusat tidak akan peduli soal jungkir-baliknya orang di lapangan. Bagi mereka semua bisa diselesaikan dan HARUS BISA diselesaikan. Because, that’s why we paid you to do.

That really sound fabulous. Amusing. Sh*tty marvelous!

Aku harus mempersiapkan diri untuk tampil besok dengan wajah penuh ketulusan dan tutur kata halus menyampaikan permohonan maaf. Atau berpura-pura atas itu semua. I hate this part of the job but feigning is what people do to conceal the reality.

Kamis, Maret 18, 2010

Bersamamu

“… hidupku kan damaikan hatimu / diriku kan slalu menjagamu / izinkan ku slalu bersamamu …”

Tadi siang aku memutuskan untuk mendengar sebuah stasiun radio swasta di daerah Kemang dan kebetulan mereka membuat kuis yang meminta pendengar menebak nama band yang menyanyikan lagu yang bagian reff-nya kukutip di atas.

Entah kenapa mendengarkan lagu ini mood makin terasa turun dan makin sedih. Padahal aku tak memiliki kenangan khusus apapun dengan lagu ini tetapi kalau kucoba menebak maksud dari penciptanya entah kenapa aku justru merasa kesedihan padahal sepertinya bukan itu.

DSC_8923

Mungkin karena hari ini perasaanku dalam kondisi negatif termasuk ketika dianggap salah atas pemilihan kandidat akuisisi yang jelas-jelas di luar kekuasaanku karena pelaksananya adalah orang lain yang juga hanya menjalankan instruksi sampai ke titik koma tanpa berpikir untuk melakukan koreksi dan variasi saat menemukan kondisi yang kurang kondusif di lapangan. Memang sial. Nanti malam aku akan kirim e-mail menjelaskan posisiku saat pemilihan kandidat dilakukan dan ….

Sudah, itu saja. Aku yakin kalau aku tak akan mendapat permintaan maaf setelah dianggap – secara sepihak – melakukan kesalahan. Tetapi tak apa. Aku tahu orang itu tak punya kemampuan untuk meminta maaf dan bila saatnya tiba biarlah dia menerima karmanya.

Hanya saja semoga ketika balasan karma itu datang, aku tidak sedang berada di sana. Aku tak mau melihatnya dan aku tak mau tahu. Aku tidak dendam hanya saja aku memutuskan untuk tidak mempedulikannya.

Rabu, Maret 17, 2010

Stick To The Root?

You see, now I really have this thought that I should stick to blogging and not to wander off into the forest of social networking -- however badly I want to -- or even micro-blogging service. I always like reading, in fact, I spent a lot of time reading that when I buy myself a television and spent hours watching the tube, I occasionally muted that thing and start reading any book that was within the grasp of my hand.

So that is why it's been almost a month that I left my television set wrapped up on the table in my room and haven't watch it ever since I left for Denpasar on the last week of February for a brief work. I found that since I have a lot of books that need to be read through that watching television is a waste of time. Not that I decided against watching TV or the news that once so occupied my tube-time experience, it's just I can read online news and not feeling like I really miss something that's important.

Now here I am writing this post saying that I could -- emphasize on could -- be better of by spending my time reading books, writing something that probably never really get publised, or practicing some skill which been like years I left behind. Anything is better than spending the time watching television.

My root was like reading stuff and remembering unimportant fact. I shoud get back to it.

Or shouldn't I?

Senin, Maret 15, 2010

Menghindari Kerugian

Sebenarnya aku tak tahu apakah mereka berusaha menghindari kerugian -- which is something that I really doubt could happen -- atau memanfaatkan momen saja. Bayangkan, pada hari Senin yang kebetulan adalah hari terjepit, sebuah jaringan bioskop terkemuka di Indonesia menjadikan harga tiket menonton di tempat mereka menjadi harga weekend!

Wadefat?

Maksudku, ayolah berpikir: seberapa sih jaringan yang sudah pasti kaya itu? Seberapa pentingnyakah konsumen mereka dan apakah cukup berarti perasaan para konsumen tersebut? Pada hari kerja yang kebetulan adalah hari terjepit mereka menjadikan harga tiket mononton menjadi harga weekend!

Kurasa mereka tak peduli pada konsumen. Kurasa mereka hanya mengejar keuntungan semata. Kurasa mereka tidak menghindari kerugian. Kurasa mereka mengejar keuntungan saja. Dasar kapitalis!

Rabu, Maret 10, 2010

Apa Kabar Hari Ini

Itulah pertanyaan kutanyakan pada diri sendiri, "Apa kabarnya hari ini?"

Tentu saja aku menanyakan hal ini karena rasanya hari ini akan memunculkan hal baru untuk dipusingkan -- sangat optimis bahwa hal ini akan mendatangkan kerumitan baru -- di dalam kehidupanku yang sangat kuharapkan bisa santai dan sederhana.

Bertemu Pak Lurah dan semoga bisa bertemu Pak Camat di hari yang sama juga demi untuk mendapatkan selembar kertas rekomendasi atau bisa juga semacam surat pengantar yang intinya mendukung pekerjaan kami.

Bulls. Kita lihat sajalah nanti. Kalau masih bersambung besok dan lusa, ampun deh...

Selasa, Maret 09, 2010

Ga Ada Hentinya

Sepertinya gak ada hentinya kesulitan di kerjaan ini. Saat aku diminta mengakuisisi dan mengurus perijinan beberapa lokasi di sebuah daerah di Indonesia bagian tengah, ternyata peraturan walikota membuat hal itu tak dapat dikerjakan karena tak akan keluar permit-nya.

Sekarang di sebuah daerah di barat Pulau Jawa aku menemukan masalah yang mirip. Tak bisa keluar ijin bila tak melaksanakan pembangunannya di daerah-daerah tertentu. Apes.

Yang aku kira akan muncul adalah pertanyaan: "Kenapa tidak dari beberapa waktu yang lalu hal ini sudah coba dijajaki?"

Yeee... Meneketehe, Pak!

Artinya sekali lagi baik di barat maupun di timur aku menemukan problem yang mirip. Entah kenapa aku merasa tetap saja ada anggapan kalau kami tidak cukup kompeten. Brengsek.

Minggu, Maret 07, 2010

Menghilangkan Kepala

Seandainya saja bisa, untuk sementara, aku ingin bisa melepaskan kepala dari tubuhku sendiri.

Tak ada yang ekstrim atau maksud klenik lainnya -- hanya saja sampai sekarang aku sering mengalami sakit kepala.

Seandainya saja bisa, untuk sementara, tanpa kepala karena sedang diurus oleh pihak-pihak tertentu yang secara gaib bisa menarik lepas rasa sakit itu dari kepalaku lalu kemudian menempelkan kepala yang sudah "bersih" itu kembali di tempatnya.

Ah, khayalan absurd.

Setidaknya aku sudah mencoba sesekali meminum obat anti sakit kepala yang dijual bebas di pasaran. Murah dan kadang berhasil meredam rasa sakit.

Mungkin sudah saatnya aku mempertimbangkan bantuan profesional.

Jumat, Maret 05, 2010

Mengubah Kebiasaan Bekerja

Mulai sekarang sedikit demi sedikit aku melakukan perubahan pada caraku menghadapi pekerjaan:

Kalau bisa dialihkan ke orang lain, mengapa tidak?

Bayangkan saja kalau selama ini aku tetap mau melakukan ketika diminta mengerjakan laporan atau gambar atau hal lainnya sementara orang-orang lain menyia-nyiakan potensi diri dan kesempatan pengembangan kemampuan dengan hanya menjelajahi situs jejaring sosial atau tidur-tiduran atau hal lainnya yang bisa dilakukan di warung kopi terdekat. Selama ini pula aku cuma bisa melihat mereka sambil (sering) merasa iri menyadari bahwa tanggung jawab mereka cukup kecil dan ringan dibandingkan beban kerja yang aku pikul.

Ya tentu saja penilaian ini SANGAT subyektif. Tapi tentu saja sebagai seorang normal pasti berpikiran hal yang sama.

Jadi solusi elegan yang kulakukan adalah mulai sekarang berusaha melemparkan tugas ke orang lain kapanpun aku bisa. Untuk keberhasilan niat ini memang butuh keterampilan dan kreativitas dalam mencari alasan mengapa aku tak bisa melakukan suatu tugas tertentu tersebut.

Menurutku aku tak bersalah.

Sebagai seorang karyawan biasa, adalah hakku untuk memperoleh libur, bukan?

Lalu kenapa aku harus menerima ditempatkan dalam keadaan di mana aku sering harus lembur bekerja sendirian sementara semua orang sudah pulang pada jam lima sore? Tidak adil.

Selama ini aku terlalu bodoh merelakan diri untuk dimanfaatkan.

Aku tak mau diperbodoh lagi. Aku mau melawan dengan caraku sendiri. Aku tak mau meng-cover tugas orang lain. Aku tak mau harus memperbaiki kesalahan hasil laporan atau pekerjaan orang lain -- apalagi orang tersebut merasa hasilnya baik-baik saja dan "kalau tak terima hasil kerjaan gue, lu aja yang perbaiki!"

Kalau kalian menganggap aku jahat atau licik, aku tak peduli.

Kalian tak merasakan apa yang kurasa selama ini.

Rabu, Maret 03, 2010

Kebebasan Untuk Memuja Apapun.. Bahkan Memuja Kehancuran

Apa yang kau bisa percaya bila tak lagi bisa membedakan benar dan salah? Di mana lagi kau yakin berpijak kalau bukan di atas tanah? Tak ada manusia yang bisa berdiri di awan dalam arti sebenarnya karena yang ada hanyalah sebentuk kiasan.

Aku ingin mengalami. Aku ingin menikmati. Tapi dalam hidup saat ini lebih banyak mendapatkan depresi dan sakit hati.

Buat apa takut dosa kalau dalam hatimu kau tak yakin pada Tuhan maupun Setan? Tak percaya pada Surga dan Neraka? Merasa tak ada "keselamatan" dan "hidup setelah mati"?



Bagaimana rasanya menjadi hidup kembali. Kau tahu hidup ini singkat dan tak ada orang yang bisa hidup selamanya dalam tubuh yang sama.

Semuanya akan tiada, pada akhirnya.

Biarlah kalau begitu aku menikmati dunia dengan caraku. Dengan melakukan pemujaan. Menikmati dalam menghambakan. Berikanlah aku kebebasan untuk memuja. Menikmati menjadi hamba atas apapun. Siapapun. Yang kupilih sendiri. Bahkan memuja kehancuran itu sendiri.

Kamis, Januari 21, 2010

Tentang Pilihan

Banyak pilihan tidak selalu membuat segalanya lebih mudah—tidak ada pilihan lain jauh lebih mudah, meski ketiadaan pilihan bagaikan suatu nasib yang memaksa kita untuk pasrah. Namun, bagaimana kalau kita tidak usah memilih saja? Meski hanya ada satu pilihan di depan kita?

Cuplikan dari Nagabumi I: Jurus Tanpa Bentuk karya Seno Gumira Ajidarma di atas membuat aku sadar betapa menyenangkannya bisa membaca buku yang kupilih sendiri karena menarik minatku. Bukan sebuah buku yang dipilihkan dan diharuskan oleh sebuah bentuk otoritas dimana pada akhir rentang waktu yang diberikan itu proses membaca telah harus selesai dan diakhiri dengan sebuah bentuk evaluasi.

Bukan berarti aku menentang metode pendidikan yang telah dijalankan di banyak negara selama banyak generasi. Aku hanya percaya bahwa memilih itu adalah hak. Namum memilih itu juga bisa menjadi sebentuk kewajiban.

Ada orang yang merasa bahwa hak untuk memilih itu justru memberatkan lalu mendelegasikan kegiatan memilih itu pada orang lain. Gampang. Bila dirasakan tidak sesuai dengan keinginan awal, saat rasa menyesal mempercayai orang lain untuk memilihkan mulai timbul, saat tak menyenangi implikasi logis dari pilihan itu memberatkan hidup, paling mudah adalah menyalahkan si pemilih yang telah menyeret pribadinya ke dalam semua ini.

= = = = =

Sudah malam. Sudah waktunya memilih, terus menulis atau beristirahat. Aku pilih yang kedua.

Rabu, Januari 20, 2010

Tak Mudah Menjalani Hidup

Begini teman: Kupikir daripada mengkomposisi sebuah post yang lengkap dan (biasanya) cukup panjang, kenapa tidak membuat sebuah post pendek/singkat/padat yang memang mungkin tak mencakup seluruh hal yang ingin kusampaikan, tapi setidaknya dengan cara itu update yang kulakukan akan lebih rutin?

Seperti yang kutulis sekarang tentang menjalani hidup sebagai seorang blogger. Aku memang berniat membuat website pribadi, tetapi yang menghambatku adalah selain teknik atau cara apa membuat konten, tema apa yang akan jadi garis utama atau benang merah website itu? Fotografi? Sudah banyak profesional yang membuat blog yang jelas-jelas banyak dikunjungi. Jadi apa yang bisa kutawarkan dalam website pribadiku tentang fotografi? Kurasa tak ada.

Jadi apalagi yang bisa kutawarkan dan membuatnya menarik? Aku tak tahu dan untunglah aku belum menyerah untuk mencari tahu dan mempertimbangkan apa isi website pribadi tersebut. Sayang sekali hambatan kali ini adalah selain keterbatasan alat (laptop rusak) dan aksesibilitas (tak punya modem pribadi), waktu yang tersedia untuk mempelajari cara pembuatan website juga terbatas karena pekerjaan sudah mulai ada denyut kesibukannya.

Omong-omong, aku perlu mengecek ke bagian keuangan, apakah urusan pajak pribadi sudah diurus? Apakah SPT sudah diisi dan dilaporkan? Bila sudah, mana salinannya? Bila belum, kapan mau dilaksanakan?

Selasa, Januari 19, 2010

No Change (?)

Been doing a lot of reading and thinking lately, plus seeing successful persons, made me realize that those whom people looked up to are those who were -- and still are! -- persistent on reaching and achieving their goals.

And of course, "The Vision".

It's like they see what they want to be in the future and then set out to attain it.

But not me. I've live more than a quarter of a century and still I felt that my life is just so-so. There were times when I looked myself in the mirror and dislike what I see there. Ain't that pathetic?

Seemed like an inherent thing in me, setting goals but doing nothing to achieve any. Now, after all these times, precious, unreversable stream of wasted resource, suddenly I'm dragged to harsh realities:

TIME WAITS FOR NO ONE

especially for people like me.