Jumat, Agustus 26, 2011

Libur Dan Kesalahan

Aku tahu kalau berbuat salah adalah sifat yang manusiawi.

Yang sulit kuterima adalah bila kesalahan yang dilakukan tidak dikoreksi oleh yang berwenang sehingga berubah menjadi kebiasaan buruk yang menumpuk lalu berujung pada ledakan masalah.

Seperti yang terjadi sekarang dalam perusahaan ini.

Tidak jelasnya sistem reward and punishment membuat segalanya bisa berantakan.

Kuharap saat itu terjadi, aku sudah tak lagi ada di sini. Aku bosan diberi pekerjaan yang berat yang tidak aku suka dan hanya dibayar rendah apalagi segala masalah yang ditimbulkan semua pegawai akan menjadi tanggung jawabku yang (mungkin) kurang foresight and supervision sehingga semuanya itu terjadi.

Hebat kan? Aku muak.

Kamis, Agustus 25, 2011

What Is Responsibility Without Trust?

What is Responsibility Without Trust?

Disappointment, That's What.

Maybe my judgement clouded with dislike to someone but to some extent my feelings justified by the way things happened, their causes and effects.

If all would be my own fault, that can only be said as a terrible job. If there's no distinct separation of each own responsibilities, can the organization be effective? I do not think so.

If I get all share of the blame -- whatever it was I am doing or not doing -- and get inadequate pay (according to me and people I asked from), why would I keep on in this company?

Exactly.

Doesn't Make Sense

So The Boss made another new set of rules and regulation about incentives, bonus, and targets. The more one finished the job, the bigger the bonus, with larger pay grade with more and more sites being done.

The Site Supervisor, the Project Admins, the Logistic and Procurement officers are all involved in this new bonus scheme. The aim is to motivate employees to do more work at the same month.


Rabu, Agustus 17, 2011

Tak Harus Selalu Jadi Yang Benar

Dengan menyadari bahwa aku tak harus selalu menjadi yang benar, aku bisa menerima kalau aku butuh bantuan orang lain untuk memperbaiki keadaan dalam lingkunganku sehari-hari. Tak ada yang salah dari keinginanku agar semua orang berusaha dengan sebaik-baiknya, menggunakan kemampuan yang diberikan Tuhan, semaksimal mungkin untuk memperoleh pencapaian terbaik!

Okay, kalau maksimal tidak bisa, mengharapkan pencapaian optimal seharusnya masih dapat diterima, bukan?

Kelelahan hati dan pikiran adalah ketika aku punya keinginan, kemauan, dan ide yang kuanggap baik tetapi aku seperti berjuang sendiri mewujudkannya.

Yang perlu kulakukan adalah mengemasnya menjadi sesuatu yang utuh dan terlihat menarik agar lebih gampang untuk menjualnya. Bayangkan, mengubah suatu organisasi, dengan mulai dari rintangan awal, yaitu mengubah cara pandang pemilik perusahaan itu sendiri!

Yang bisa kulakukan adalah merenungkan lagi kondisi ideal yang bisa diharapkan, apa saja unsur yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi ideal tersebut, apa saja batasan dan rintangan yang sekarang ada dan bagaimana cara untuk mengatasinya, serta banyak detail lainnya. Untuk itu tentu saja aku butuh rekan kerja dan diskusi. Untuk brainstorming dan proses pengambilan keputusan.

Sayangnya aku belum berhasil mendapatkannya dalam organisasi saat ini.

Selasa, Agustus 09, 2011

Pantas Untuk Bersedih

Sore ini aku merasa sedih karena sekali lagi melewatkan sehari yang sangat tidak produktif. Aku tak merasa menghasilkana apapun  hari ini dan tak ada karya yang bisa dijadikan semacam prestasi atau apalah. Somehow, deep inside, I'm telling myself that I am useless.

Ini hal yang beracun dan berbahaya bagi diri sendiri maka karena itulah aku bersedih.

Dengan tidak mencintai diri sendiri, berkali-kali abusing myself, tak ada yang akan benar-benar bisa kucapai. Aku tahu aku meracuni diri sendiri tapi kadang I just can't help myself.

Aku butuh pencerahan. Aku tidak tahu mulai mencari dari mana.

Minggu, Agustus 07, 2011

Unethical (Only In Your Mind!)

Aku percaya bahwa Tuhan ada. Hanya saja Dia bekerja dengan hukum-hukum alam yang bisa dicari dan dirumuskan (baca: dipahami) oleh manusia.

Aku ingin dapat berkarya dalam hidup, memberikan sumbangan bagi kemanusiaan -- seberapapun kecil dan tak berartinya -- dengan tulus. Aku hanya belum tahu harus memberikan dalam bentuk apa.

Aku tak ingin hidup dalam kehidupan orang lain. Aku ingin hidupku sendiri.

Aku ingin bisa berbagi dengan orang lain. Saat ada yang berterima kasih kepadaku, aku senang dan merasa hidup tidak sia-sia.

Hidup pasti ada cobaan. Aku hanya perlu bertahan, mencari solusi bagi masalah yang timbul, dan menerima apa yang memang sudah terjadi dan tak bisa kuubah lagi. Tak ada gunanya menyesali yang sudah terjadi.

Aku ingin dapat lebih santai dan menikmati hidup. Terburu-buru itu melelahkan. Sayangnya, aku tahu aku sudah ketinggalan banyak hal. Satu-satunya cara mengendalikan kerugian yang sudah terjadi adalah dengan mengejar segalanya. Efeknya adalah hidup yang tak lagi bisa dinikmati sepenuhnya. Trade-off, sepertinya, harus menjadi hal yang kuterima dalam hal ini.

Aku ingin punya teman-teman sejati. Selama ini masih sulit kutemukan. Masalahnya adalah mungkin karena aku belum bisa menjadi teman sejati bagi orang lain.

Aku mau bisa membaca lebih banyak lagi buku yang menarik. Melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang belum pernah kudatangi. Aku yakin dengan melakukan kedua hal ini, hidupku akan semakin kaya.

Seandainya aku lebih peka, sensitif terhadap keadaan sekitarku, pastilah banyak hal menarik dan bermanfaat yang bisa kupelajari tanpa harus pergi jauh bertualang. Terdengar kontradiktif dengan ucapanku sebelumnya, tapi itulah hidup. Tak ada yang sederhana tetapi semuanya bisa diselesaikan dengan sempurna dalam kesederhanaan alam semesta.

Aku ingin bisa mempertanyakan "Kenapa?" pada banyak hal tetapi bisa menerima orang yang memang tidak bisa berubah.

Seharusnya aku tak menyalahkan orang lain selain diriku sendiri, atas apa yang terjadi dalam hidupku.

Kamis, Agustus 04, 2011

Membangun Kerjasama Tim

Aku ingin tahu apakah kerjasama tim yang baik memang dibantu oleh individu-individu penyusun tim yang memang bersedia bekerjasama atau memang ada seorang pemimpin yang mampu mempersatukan tim apapun pribadi dan karakter individual yang ada?

Itulah yang aku pikirkan saat mengevaluasi kinerja diri sendiri dan mengingat tiap orang yang bergabung dalam tim ini. Apakah aku pemimpin yang sudah memadai dengan hasil yang didapat berdasarkan orang yang ada ataukah sebenarnya aku bisa lebih baik lagi sebagai pemimpin yang masih selalu belajar?

Aku tentu saja ingin belajar, menjadi lebih baik, menantang diri sendiri berkali-kali. Kita lihat saja aku bisa jadi apa.

Senin, Agustus 01, 2011

Dan Orangnya Masih Dibela Juga!

Mau memaki dengan kata-kata kotor diteriakkan sekeras-kerasnya waktu komplain soal kinerja teman kantor (yang masih saudaranya bos) kedodoran dan merugikan perusahaan secara langsung, tapi masih dibela.

Masih dikatakan bahwa orang yang di base-lah yang aktif mengirimkan barang kalau yang di site tidak meminta sama sekali.

WTF!!!

Bagaimana mungkin orang lain menjadi ikut bertanggung-jawab atas kedodoran, ketidakpedulian, pengabaian sengaja dari pegawai yang saudara bos itu?

Bagiku ini sudah jelas. Tak ada gunanya bertahan. Tak butuh pertanda apapun lagi. Persetan dengan masa depan tempat ini. Sudah jelas kok: TIDAK ADA.