Jumat, Agustus 28, 2009

Day 240: Apa Kemungkinan Terburuknya?

Begitulah pertanyaanku ke diri sendiri.

Maka aku memberanikan diri mengirim sebuah pesan lewat situs jejaring sosial terkenal ke seorang fotografer profesional yang bekerja untuk sebuah raksasa media di nusantara yang banyak menerbitkan berbagai majalah lisensi.

Biarpun aku berusaha mengirimkan pesan sesingkat mungkin, tetap saja aku rasa agak melantur. Aku mulai dengan pembukaan berupa upaya mengingatkan -- yang mungkin sia-sia karena dua kali pertemuan kami singkat saja -- kapan dan dimana kami pernah bersilangan jalan. Lalu kusebutkan alasan mengirim pesan, yaitu melihat karya fotografi terakhirnya di sebuah majalah yang baru saja kubeli kemarin. Kuakui aku tak mencoba memuji fotonya di situ karena aku merasa karya-karyanya yang lain masih lebih bagus dan menarik buatku (pendapat dan selera pribadi).

Terakhir, tentu saja, untuk memancing jawabannya (kalau dia mau menjawab) adalah melontarkan pertanyaan tentang lokasi fotonya yang dipasang sebagai foto profil.

Setelah itu aku menekan tombol "Kirim Pesan".

Lalu aku langsung menulis post ini untuk alasan sederhana: melampiaskan kelegaanku karena akhirnya mau mencoba menghubungi orang yang (beberapa) karyanya menyadarkanku kalau di Indonesia orang juga punya kemampuan sama (atau melebihi) kemampuan orang luar negeri -- such a very loose term.

Yang sekarang kulakukan adalah meneruskan aktivitas seperti biasa dan melupakan satu hal ini. Bila ada jawaban dari beliau, bagus. Bila tidak, setidaknya aku sudah mencoba lebih aktif lagi.

If I could, and you can see, I'm patting my back right now and both of us smiling broadly.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

what is it?