Itulah yang harus aku lakukan sejak setahun lalu. Sambil bekerja sambil mendua alias selingkuh.Maksudnya selingkuh ini tentu saja browsing mencari pekerjaan baru, syukur-syukur bidang baru yang bisa menarik karena ada hal-hal yang dapat dipelajari dan terasa seru.
Sepertinya, berada di tempat yang sama dan bidang yang sama, biarpun uangnya menarik, membuatku merasa makin terasing dari diri sendiri.
Sungguh perasaan yang tidak enak.
Seperti menghabiskan aset (usia) yang unrenewable, seperti membunuh diri sendiri pelan-pelan.
Tetapi kalau mau pindah, ke mana? Mengerjakan apa?
Wirausaha? Mengusahakan apa?
Sepertinya aku sedang mengalami krisis dan butuh bantuan atau jalan keluar. Butuh bantuan. Seperti sedang tenggelam pelan-pelan dalam perasaan menjalani hidup tidak optimal. Pantas semangat kerjaku menghilang akhir-akhir ini.
“God must’ve loved me so much, He joked a lot with me. Every time I tell stories of my mishap and misfortunes, people laughed.”
Tampilkan postingan dengan label company life. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label company life. Tampilkan semua postingan
Rabu, Maret 06, 2013
Jumat, Desember 14, 2012
Menunggu Orang Lain!
Saat seperti ini memang menyebalkan dan sangat menjengkelkan karena aku harus menunggu orang lain yang jelas-jelas tidak bersedia bekerja.
Ketika diminta datang, tak datang-datang juga.
Ketika akhirnya datang, tak membawa persiapan seperti yang diminta.
Kenapa sampai tidak menjadi kesal dan jengkel?
Bahasa seperti apa yang harus digunakan untuk menyampaikan maksud kepada orang-orang ini?
Apa harus memanggil orang tua dengan sebutan yang terkesan merendahkan? Atau harus menjadi orang yang "pengertian" atas kondisi "kekurangan" mereka?
Tak mungkin aku yang harus mengerti karena mereka menerima pembayaran untuk menyelesaikan tugas tersebut. Atau harus aku yang mengerjakannya? Hanya demi atasanku mendapatkan peningkatan angka yang bisa digunakan untuk menyenangkan atasan?
Atau aku harusnya melihat dari perspektif bahwa atasan tidak peduli detail dan hanya ingin hasil? Selesai sekian banyak dokumen, tercapai sekian banyak target, dan semua atasan senang? Pekerjaan yang menjengkelkan dengan posisi yang tidak menyenangkan. Tapi sepertinya semua harus ditelan. Demi gaji tiap bulan.
Ketika diminta datang, tak datang-datang juga.
Ketika akhirnya datang, tak membawa persiapan seperti yang diminta.
Kenapa sampai tidak menjadi kesal dan jengkel?
Bahasa seperti apa yang harus digunakan untuk menyampaikan maksud kepada orang-orang ini?
Apa harus memanggil orang tua dengan sebutan yang terkesan merendahkan? Atau harus menjadi orang yang "pengertian" atas kondisi "kekurangan" mereka?
Tak mungkin aku yang harus mengerti karena mereka menerima pembayaran untuk menyelesaikan tugas tersebut. Atau harus aku yang mengerjakannya? Hanya demi atasanku mendapatkan peningkatan angka yang bisa digunakan untuk menyenangkan atasan?
Atau aku harusnya melihat dari perspektif bahwa atasan tidak peduli detail dan hanya ingin hasil? Selesai sekian banyak dokumen, tercapai sekian banyak target, dan semua atasan senang? Pekerjaan yang menjengkelkan dengan posisi yang tidak menyenangkan. Tapi sepertinya semua harus ditelan. Demi gaji tiap bulan.
Langganan:
Postingan (Atom)